Jakarta Fashion, Perpaduan Kemodernan dan Tradisi
Editor
Hadriani Pudjiarti
Kamis, 22 November 2012 18:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Di bagian penutup Jakarta Fashion Week 2013 yang berlangsung beberapa waktu lalu di Jakarta, perancang Sebastian Gunawan, Didiet Maulana, Anne Avantie, dan Hengky Kawilarang menyajikan kombinasi antara kemodernan dan tradisi pada karya mereka.
Sebastian Gunawan yang tampil dengan lini Red Label Sebastian's mengaplikasikan konsep ini dalam busana siap pakai. Dia memberi sentuhan kemewahan dengan menggunakan bahan seperti lace, sutra, dan tenun dengan motif Baroque yang terbuat dari benang emas. Secara keseluruhan, dia memakai material ringan yang bergelepai. “Ada unsur perpaduan antara modern dan tradisional untuk koleksi ini,” ujar Seba.
Seba menyajikan siluet yang tidak lagi memanjang dan menyapu lantai, tapi dia lebih banyak memperlihatkan bagian bawah tungkai kaki, misalnya pada gaun koktail selutut, rok lebar ala 1950-an, dan rok pensil. Seba menggunakan bordir, payet, dan kristal untuk memperindah gaunnya. Bukan hanya itu, dia juga memakai teknik cut-out, draperi, dan peplum dengan warna biru, emas, metalik, dan monokrom. “Saya ingin mengeksplorasi sisi sensualitas wanita, tidak dengan cara seronok, terkesan modern, santun, dan tetap menjaga tradisi,” katanya.
Tema "Romantika Mentari" dari perancang Didiet Maulana terinspirasi oleh keindahan sinar mentari di negeri tropis Indonesia. Dia menerjemahkan inspirasi itu melalui penggunaan aneka warna pastel. Seperti Seba, Didiet pun memadukan sisi kekinian dengan tradisi melalui struktur dan teknik cutting baju bodo, pakaian tradisional Sulawesi Selatan. Bagi Didiet, baju ini memiliki konsep pemikiran minimalis, simpel tapi terkesan modern. Hal itu terlihat pada 62 busana berbahan katun, sutra, sifon, dan organdi yang dipermanis bordir Tasikmalaya serta aplikasi bebatuan berharga dan kristal Swarovski.
“Saya percaya wanita Indonesia selalu menyukai sentuhan kekinian dan tetap berpegang pada tradisi sebagai identitas diri,” kata Didiet.
Sementara itu, Anne Avantie meyakini wanita sebagai kekuatan dunia yang mengemban banyak tugas. Perancang yang suka bersunting bunga kamboja pada gelung di rambutnya itu mempercayai bahwa energi seorang perempuan kadang menakjubkan. “Begitu banyak energi yang dibutuhkan dalam keseharian dan tidak boleh lepas,” kata Anne.
Tema Kemegahan Puspawarni yang dia pakai mengandung arti bermacam bunga dalam berbagai warna. Ini melambangkan keharuman peranan wanita Indonesia. Anne menyajikan potongan kebaya yang membentuk tubuh yang bertabur bintang dengan menghadirkan pasangan selebritas, sederet model senior. Pada malam itu, Anne menyuguhkan adibusana yang menembus garis batas kedaerahan. “Saya percaya kemodernan dan tradisi menjadi harmonisasi dalam karya yang berperan global,” ujarnya.
Hengky Kawilarang datang dengan tema "Rainbow" yang bermakna keberagaman Indonesia. Dia berkolaborasi dengan perajin tradisional untuk membuat koleksi yang terdiri atas gaun koktail dan gaun malam. Desainnya sederhana dengan pemilihan bahan sutra yang telah diolah sehingga terlihat modern. Aplikasi payet, manik, bordir, dan brokat tersulam indah. Taburan kristal dari perajin Kalimantan semakin menguatkan keindahan tersebut.
Sebanyak 48 koleksi dihadirkan dengan model busana A line, H line, dan dengan potongan bahu ala 1980-an. “Saya hanya ingin mengingatkan pada busana retro vintage yang sering dikenakan para sosialita di masa itu,” kata Hengky. Saat itu ia memakai brokat katun bertekstur bordir bermotif bunga yang diaplikasikan pada jaket pendek berlengan puff atau garis asimetris.
HADRIANI P. | JFW.CO.ID