TEMPO.CO, Jakarta - Mengajar generasi Z atau Gen Z perlu dilakukan dengan cara yang berbeda dari metode belajar konvensional. Gen Z adalah mereka yang lahir di tahun 1995 sampai 2010. Usia mereka sekarang sekitar 11 sampai 26 tahun.
Dari rentang usia tersebut, maka generasi Z kini duduk di bangku sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, perguruan tinggi, hingga di awal masa bekerja. Inti dari semua tahapan tersebut adalah belajar, baik di lembaga pendidikan formal maupun praktik.
Perlu diingat kalau generasi Z lahir dalam derasnya arus informasi dan pesatnya perkembangan teknologi. Sejak bayi, mereka sudah biasa terpapar gawai, internet, dan media sosial. Beberapa karakteristik generasi Z berbeda dibandingkan generasi lainnya adalah pola pikir yang cenderung kritis, kreatif, dan terbuka. Dengan karakteristik yang berbeda, maka sistem pembelajaran yang dapat diterapkan kepada mereka juga berbeda.
Dalam lokakarya bertajuk "Merancang Pembelajaran Efektif untuk Generasi Z" yang diadakan oleh platform pendidikan Zenius bersama Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, penerapan metode belajar yang menekankan pada interaksi dan kolaborasi adalah gaya belajar yang direkomendasikan untuk gen Z. Para guru dan tenaga pengajar diharapkan siap mengeksplorasi cara-cara belajar dengan tren terkini, terbuka pada diskusi, dan jauh dari kesan otoriter.
Berikut beberapa pendekatan yang dapat diterapkan oleh para guru dan tenaga pengajar dalam memberikan materi pelajaran kepada generasi Z:
- Think digital
Menampilkan aktivitas pembelajaran dan tugas dengan format digital yang lebih praktis dan mudah.
- Visual
Menyajikan informasi materi pembelajaran dalam bentuk video, infografis, atau ilustrasi, agar siswa tertarik. - Ringkas
Mengolah informasi menjadi bagian-bagian singkat dan mudah dicerna dalam durasi pendek.IklanScroll Untuk Melanjutkan - Beragam
Menggunakan bahan ajar yang beragam dengan format kegiatan yang bervariasi. - Komunikatif
Memberikan instruksi yang jelas dan komunikasi dua arah antara guru dan murid
Chief of Teachers’ Initiatives Zenius, Amanda Witdarmono Pandjaitan mengatakan, sebagai generasi yang melek digital, generasi Z terbiasa mencari, menerima, dan merangkum informasi dari berbagai sumber. "Mereka juga terbuka untuk berkolaborasi, berbicara, bertindak dalam mengkritisi informasi yang diterima," ujarnya. "Hal ini perlu disikapi oleh para guru dan tenaga pengajar agar lebih siap dan menghadirkan pola mengajar yang mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut."
Baca juga:
Bidik Pembaca Gen Z dan Milenial, Tempo.co Perbarui Kerja Sama dengan LINE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.