TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pelaksana Klinik Estetika, Dokter Hengky Affandi, harus menjadi patokan konsumen dalam memilih tempat perawatan. “Tidak boleh lakukan treatment yang sebetulnya tidak dibutuhkan,” ujarnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hengky mengatakan perkembangan pesat teknologi kecantikan berimbas pada kebingungan pasien dalam memilih perawatan yang tepat. Misalnya, orang dengan keluhan jerawat malah berujung pada pemutihan kulit wajah. “Pasien sebaiknya memilah-milah klinik yang memang memberikan solusi atas masalah kulitnya.”
Banyak kesalahan yang dilakukan orang saat merawat kulit. Pertama, pengunjung klinik kecantikan, kata Hengky, rata-rata menginginkan kulit yang lebih putih. “Padahal itu salah,” ujarnya. “Kulit yang sehat itu yang cerah dan bercahaya, sesuai warna alami.”
Kedua, Hengky mengatakan, sebagus apa pun teknologi yang dipakai, kesuksesan perawatan kulit hanya 50 persen. “Sisanya dari pasien itu sendiri,” ujarnya. Meski sudah dipoles dengan alat yang harganya mahal, dia melanjutkan, hasilnya akan nol besar kalau pelanggan tidak mengubah gaya hidupnya.
Setelah menjalani pemeliharaan kulit di sebuah klinik, pengunjung harus bisa mengatur pola stres, jam tidur, dan asupan makanan supaya mendapatkan hasil yang optimal.
Ketiga, krim-krim yang diberikan klinik hanyalah penjaga dari luar. Dokter spesialis kulit dan kelamin Yetti M. Affandi mengatakan krim-krim dari klinik kecantikan berfungsi membantu pengelupasan kulit mati. Sebenarnya, tubuh memiliki mekanisme alami yang membuat kulit mati terkelupas dengan sendirinya. “Tapi, karena usia, (kulit mati) tidak gampang lepas. Maka dibantu oleh krim-krim tersebut,” tuturnya.
Maka, kebanyakan orang yang menjalani perawatan kulit akan mengalami kulit wajah memerah. “Itu bukan penipisan, tapi menunjukkan terjadinya pengguguran kulit mati,” kata Yetti.
Yetti mengingatkan, kalau kemerahan kulit diiringi rasa perih, gatal, dan warnanya terlalu membara seperti kepiting rebus, kondisi tersebut harus diwaspadai. “Lantaran sudah menunjukkan terjadi iritasi.”
Kelima, krim tidak boleh menimbulkan ketergantungan. Kalau tidak memakai krim dari klinik tertentu, kulit berubah total atau menjadi lebih buruk. Krim yang baik, kata dokter Hengky, membuat kulit sesuai dengan warna aslinya dan bercahaya.
RDS I DIANINGSARI