TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Ini kali ketiga Jogja Fashion Week (JFW) digelar oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Perhelatan yang dibuka kemarin itu tetap menampilkan fashion etnik daerah, yakni berbagai model batik sebagai icon budaya nasional.
"Itulah yang membedakan JFW dengan Jakarta Fashion Week ataupun Bali Fashion Week," kata Asisten Fasilitasi dan Investasi Pemerintah Provinsi DIY, Suhartuti Sutopo, yang mewakili Gubernur untuk membuka JFW 2008 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, kemarin. Pasalnya, pertunjukan di Jakarta dan Bali justru lebih fokus pada pengembangan mode fashion internasional.
Terkait itu pula, Direktur Jenderal Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Thamrin B. Bachri, berharap industri pariwisata dilibatkan agar kegiatan tersebut bisa dimasukkan ke dalam paket-paket wisata. "pada gilirannya, ajang ini dapat terprogram pada kalender event Nasional Kebudayaan dan Pariwisata," kata Thamrin.
Pada acara pembukaan juga ada Public Figure Show yang merupakan peragaan busana batik oleh tokoh-tokoh Yogyakarta, antara lain Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, F. Koesdarto Pramono; pemilik Toko Mirota Batik, Hamzah HS; Pemimpin Redaksi Majalah Kabare Jogja, Indro Kimpling Suseno; pemilik rumah makan Suharti; serta Yani Saptohoedojo. Mereka hanya tampil sekali dengan mengenakan batik koleksi sendiri ataupun koleksi beberapa sponsor, seperti desainer Afif Syakur, Mirota Batik, dan Margaria Batik.
Gusti Kanjeng Ratu Pembayun selaku ketua panitia menjelaskan bahwa JFW 2008 ini berlangsung sejak 27 hingga 31 Agustus. Beberapa acara yang didukung Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah itu akan diikuti 51 desainer dari seluruh Indonesia.
Sementara itu, di hari pembukaan kemarin juga ada karnaval yang diramaikan oleh 28 andong dengan penumpang yang mengenakan pakaian fantasi. Tampak dalam andong itu beberapa pecinta batik serta desainer seperti Afif Syakur, Nita Azhar, Gusti Raden Ayu Anglingkusumo, Yani Saptohoedojo, dan Suharti.
Karnaval yang juga dimeriahkan oleh 15 kelompok mahasiswa, pelajar, organisasi masyarakat, serta 100 sepeda ontel itu bergerak mulai dari alun-alun utara Keraton Yogyakarta. "Para pelajar mengenakan batik sesuai rancangan imajinasi mereka," tutur Ketua I Panitia JFW, Afif Syakur.
Pito Agustin Rudiana