TEMPO Interaktif, Jakarta: Suatu malam di bulan Juni 2008, mobil Renault Clio yang dikendarai Jacob Tanasale mendadak mogok di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Pria berusia 42 tahun ini lantas menghubungi Evert Prabowo, seorang kenalannya yang menggunakan mobil sejenis. Evert langsung menghubungi teman-teman pengguna Clio yang lain untuk menanyakan kontak mobil derek resmi dari bengkel Renault.
Setelah petugas derek membawa mobil Jacob, seorang pengguna Renault Clio yang lain, Charlie Andrian, menawarkan bantuan. Padahal saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB dan Charlie pun sedang mengarah pulang ke Tangerang. "Tapi dia bersedia balik ke kawasan Gunung Sahari untuk membantu saya," kata Jacob.
Charlie dan Evert adalah anggota Komunitas Renault Clio Indonesia. Solidaritas anggota komunitas itu untuk saling membantu memikat hati Jacob. "Setelah kejadian itu, saya memutuskan bergabung," ujar karyawan sebuah perusahaan finance.
Perkumpulan ini dari sebuah mailing list (milis) yang dibuat pada Mei 2007 oleh Deni, seorang pemilik Clio. "Awalnya dibuat untuk sekadar tanya-jawab soal Clio," kata Ardhi Setiawan, 21 tahun, anggota komunitas. Evert lantas mengusulkan diadakan kopi darat. Pertemuan pertama diadakan di Parkir Timur Senayan. Saat itu, yang hadir hanya Evert Prabowo, Evert, Juned, dan Deni. Setelah temu muka ini, pada Mei lalu, Evert memperbarui milis. Penggunanya dikembangkan, bukan hanya para pemilik Renault Clio, tapi juga mereka yang tertarik pada Renault Clio.
Saat ini, kata Evert, pengguna Clio terhitung sedikit. Data dari dealer resmi Renault menunjukkan, jumlah Renault Clio yang ada di Indonesia baru 280 unit. "Salah satu penyebabnya adalah karena suku cadang Clio juga sulit didapat," ujar Jacob. Meski begitu, anggota komunitas ini mengaku telanjur jatuh cinta dengan mobil keluaran Prancis tersebut. Dimas Prabowo, seorang anggota lainnya, mengaku suka dengan Clio karena mesin, handling, dan kenyamanannya mantap. "Boleh diadu dengan yang lain, pasti Clio menang," ujar pria berusia 25 tahun ini.
Bila ada masalah dengan Clio, para anggota komunitas saling membantu. Evert bercerita, salah satu anggota komunitas bernama Mario pernah hendak menjual Renault Clio miliknya karena dianggap terlalu rewel. Namun, ketika Mario bergabung dengan komunitas, semua teman dan pekerja di bengkel resmi Renault membantunya. Hasilnya, kabel hardness seharga Rp 5 juta di mesinnya, yang semula disarankan untuk diganti, dapat diperbaiki dengan hanya mengeluarkan ongkos Rp 600 ribu. Bukan hanya itu bentuk saling membantu dalam komunitas ini. Sesama anggota komunitas bahkan diizinkan memakai suku cadang asli milik anggota lain secara cuma-cuma.
Saat ini, anggota komunitas telah mencapai 32 orang. Mereka kerap menggelar pertemuan di bengkel resmi Renault di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Bila mereka semua berkumpul, "Berarti kami telah mewakili lebih dari 10 persen pengguna Clio," ujar Jacob. Selain di Jakarta, komunitas pengguna Clio juga berada di Surabaya, Bandung, Balikpapan, dan Garut.
Eka Utami Aprilia