TEMPO Interaktif, Jakarta - Bukannya merasa segar, bagi pria yang sebut saja Mardiyanto, bangun tidur adalah prahara. Maklum, lutut pria berusia 60 tahun itu terasa kaku dan nyeri setelah tidur selama 2-3 jam. Nyeri itu juga timbul saat ia menempuh jarak yang cukup jauh dengan berjalan kaki. Untuk menyiasati deritanya, ia sering memakai obat rematik dan rutin minum vitamin tulang. Namun, lama-kelamaan rasa ngilu tersebut tak bisa ditanggulangi dengan cara seperti itu.
Diagnosis dokter menyebutkan adanya kerusakan sendi pada lututnya itu alias osteoarthritis. Akhirnya Mardiyanto mendapat tindakan operasi Total Joint Replacement. Operasi itu dilakukan buat mengganti permukaan sendinya yang rusak, yaitu dengan menanamkan bahan metal artifisial untuk menopang lutut barunya. Mardiyanto melakukan dua kali operasi di lutut kanan dan kirinya. Salah satunya di Rumah Sakit Internasional Bintaro.
"Di RS Bintaro, dia melakukan operasi lutut kiri dan rehabilitasi," ujar spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Internasional Bintaro, dr Jony Sieman SpKFR, seusai diskusi mengenai penyakit osteoarthritis, Kamis malam lalu. Jony menjelaskan, rehabilitasi Mardiyanto telah berjalan tiga pekan. "Nyerinya memang sudah berkurang, namun cara berjalannya belum sempurna benar."
Osteoarthritis memang tidak sepopuler osteoporosis (pengeroposan tulang). Penyakit ini merupakan proses penipisan tulang rawan sendi, dan termasuk kelompok penyakit degeneratif yang banyak diderita orang lanjut usia. Sendi terdiri atas rawan sendi dan selaput sinovial, serta di luarnya terdapat ligamen, yang menjaga kestabilan, dan otot, yang membuat sendi dapat bergerak sempurna. Menurut spesialis ortopedi RS Internasional Bintaro, dr Andito Wibisono, SpOT, untuk mengetahui tulang rawan sendi sangat mudah. "Jika sedang makan daging ayam, akan terlihat bagian ujung tulang yang mengkilat, begitulah kira-kira bentuk tulang rawan," tuturnya dalam kesempatan yang sama.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 40 persen dari penduduk berusia di atas 70 tahun di dunia menderita osteoarthritis lutut. Bahkan sebanyak 80 persen penderita mengalami keterbatasan gerak. Tidak mengherankan kalau penyakit ini dinobatkan sebagai penyakit nomor dua yang mengganggu aktivitas seseorang setelah jantung. "Sayangnya, di Indonesia tidak ada angka pasti berapa jumlah penderita osteoarthritis," kata Andito.
Terdapat dua macam tipe osteoarthritis. Pertama osteoarthritis primer, yang terjadi pada mereka yang berusia di atas 45 tahun. Penyebabnya adalah proses penuaan alami, seperti pada kasus Mardiyanto. Osteoarthritis jenis ini menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan, seperti lutut, panggul, punggung, leher, dan jari-jari.
Penyebab osteoarthritis primer berhubungan erat dengan faktor usia. Dianalogikan Andito, tulang itu seperti ban mobil. "Bisa gundul kalau semakin tua," katanya. Secara medis, pada usia 60 tahun orang bakal mengalami penggugusan tulang rawan. Karena itu, osteoarthritis tak terjadi di bawah usia 30 tahun. Dokter ramah ini menekankan bahwa usia memang menjadi penyebab osteoarthritis, namun apa yang memicunya belum diketahui secara pasti.
Lalu tipe kedua, osteoarthritis sekunder. Terjadi pada semua umur, dan umum disebabkan oleh trauma yang menyebabkan luka pada sendi. Misalnya patah tulang atau permukaan sendi yang tidak sejajar, yang mengakibatkan bentuk sendi menjadi bengkok, seperti pada kaki berbentuk O dan X. Penyebab lainnya adalah faktor genetik, penyakit metabolis, dan infeksi sendi.
Menurut Andito, perjalanan penyakit ini terdiri atas empat stadium. Pada stadium awal, seperti satu dan dua, pengobatannya dilakukan dengan pencegahan melalui program penurunan berat badan, seperti olahraga yang disesuaikan dengan kondisi osteoarthritis-nya. Lalu bisa pula dengan pemberian obat-obatan, suntikan sendi, dan fisioterapi. Salah satu suplemen makanan yang digunakan untuk terapi penyakit ini adalah Glucosamine dan Chondroitin Sulfat.
Kemudian bila osteoarthritis sudah masuk stadium berat (stadium IV), tidak bisa lagi diatasi dengan obat atau vitamin tulang. Pasalnya, sel-sel permukaan rawan sendi sudah habis. Tindakan yang harus dilakukan adalah arthroplasty atau joint replacement--mengganti permukaan rawan sendi yang rusak dengan permukaan sendi artifisial.
Menurut Jony, untuk osteoarthritis tingkat lanjut, Hip and Knee Joint Replacement merupakan tindakan yang kerap dilakukan. "Biaya totalnya berkisar ratusan juta," dokter berkacamata itu memaparkan. Setelah operasi, pasien akan direhabilitasi. Tujuan utamanya adalah agar pasien memiliki tingkat kemandirian yang optimal dan mendapatkan kembali fungsi persendian, bebas nyeri, dan kualitas hidup lebih baik. "Pulih total itu bisa sampai 6 minggu," Jony menambahkan. L
Enam Gejala Itu
1. Saat beraktivitas, sendi terasa nyeri dan kaku.
2. Pada stadium lanjut, nyeri terjadi sepanjang waktu.
3. Kekakuan sendi lebih terasa setelah bangun tidur pada pagi hari.
4. Jika sendi lutut terserang, akan terasa nyeri saat naik tangga atau jalan mendaki.
5. Jika sendi panggul yang diserang, orang itu akan merasakan nyeri ketika masuk dan ke luar mobil atau saat mengenakan kaus kaki.
6. Immobilisasi karena osteoarthritis menyebabkan tingkat kebugaran menurun, mudah lelah, mengantuk, kurang konsentrasi, gangguan jantung, kapasitas fungsional paru berkurang, dan lain-lain.
HERU TRIYONO