TEMPO Interaktif, Lebaran tinggal menghitung hari. Banyak orang sibuk berbenah mempersiapkan banyak hal untuk merayakan hari kemenangan. Tidak ketinggalan perangkat untuk menunaikan salat Idul Fitri.
"Memang, dalam tradisi Indonesia, yang sering dilakukan adalah persiapan busana Lebaran, seperti baju, rok, dan celana. Hanya sedikit orang yang berpikir dan mau menyiapkan peralatan salat mukena untuk salat Id guna menghadap ke hadirat Ilahi," kata Itang Yunasz beberapa waktu lalu saat ditemui di sela-sela peragaan busananya yang bertajuk "Heaven Sent" di Jakarta.
Perancang senior ini memang tak hanya menyajikan busana muslim untuk merayakan hari nan fitri. Mukena pun tak luput dari perhatiannya. Pada peragaan tersebut, demi menjunjung komitmen tinggi supaya total beribadah, Itang menyelipkan karyanya dengan menghadirkan mukena mewah penuh gaya.
Koleksi ini mampu menarik perhatian tidak sebatas pada masyarakat lokal. Karyanya melanglang buana hingga ke mancanegara, seperti Malaysia, Brunei, dan beberapa negara Timur Tengah. "Ada kepuasan bila busana suci yang dikenakan saat momen terpenting begini bisa bermanfaat bagi banyak orang hingga ke berbagai negara," ujarnya. Itang menuturkan, mukena rancangannya berdesain mewah, glamor terbuat dari bahan sutra, sutra sifon yang dipermanis aksen ragam pernik, bordir, taburan bebatuan, dan kristal Swarovski.
Sepintas mukena mewah karya Itang sengaja dirancang bagi kalangan berduit yang ingin tampil lebih memukau dan istimewa pada momen khusus tersebut. Dijelaskan Itang, secara umum mukena merupakan perangkat salat yang tidak ada modifikasi aneh-aneh. Dari tahun ke tahun gaya mukena terbilang klasik dan berpakem baku sebagai peralatan salat serba tertutup dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Kali ini Itang menyajikan mukena mewah beraneka warna mulai putih, broken white, peach, dan sedikit keemasan. Lantaran Itang sangat menjunjung tinggi asas busana suci yang dipergunakan untuk menghadap Sang Ilahi, modifikasinya sederhana dan klasik. Gaya potongannya pun seperti mukena pada umumnya, terdiri dua bagian atas dan bawah, lalu mukena panjang satu bagian atau terusan atas-bawah seperti gaun panjang.
Adapun Datuk Raja Reza Syah, Ketua Penyelenggara Islamic Fashion Festival, mengatakan mukena sebagai busana penting menghadap Sang Khalik kini menjadi inspirasi yang disajikan para perancang Indonesia, seperti Itang Yunasz dan perancang lain, termasuk di negerinya. "Saya kagum akan kreativitas Itang dalam menyajikan mukena penuh gaya mewah yang bolehlah sanggup membuat hati kepincut," ia memuji.
Mukena mewah ini selalu menjadi bagian penting dari penyelenggaraan IFF di negeri jiran. "Di sana (Malaysia), mukena mewah dan indah nan cantik ini menjadi alternatif penting yang selalu dicari pencinta busana muslim," kata Reza, yang beberapa waktu lalu datang ke Jakarta untuk menyaksikan peragaan busana karya sahabatnya, Itang Yunasz.
Itang sendiri mengakui bahwa merancang mukena sedikit berbeda dengan busana. Menurut dia, mukena telah memiliki pakem jelas dan baku. "Makanya, supaya memberi kesan mewah dan menjadi pilihan bagi kalangan berduit, saya hanya memainkan materi bahan dan pernik detail aksesori biar terkesan berbeda dengan mukena biasa," tutur Itang, yang mematok harga mukenanya mulai Rp 1 juta ke atas.
Sekali lagi, pemakainya ditujukan ke kalangan menengah ke atas yang ingin tampil bergaya dan memberikan perhatian khusus pada perangkat salat. Sebagai variasi menarik lain, Itang menyajikan tas atau tempat mukena dalam berbagai gaya yang inspirasinya diambil dari aneka tas mewah serta branded, seperti Louis Vuitton, Bottega Veneta, Chanel, Gucci, dan Christian Dior.
Artis Desy Ratnasari mengaku, dalam hidupnya, setiap Lebaran lebih menerapkan tradisi bermukena baru dibanding baju baru. Artis asal Sukabumi ini mengakui merayakan kemenangan Idul Fitri ya saat menghadap Sang Ilahi pada salat Id.
Sementara itu, Yenny Wahid menjelaskan, di Indonesia, tradisi baju Lebaran lebih mengena dan terpasung dalam kondisi sosial masyarakat di Tanah Air. "Hanya sedikit orang yang berpikiran mempersiapkan mukena Lebaran. Sebab, sekali lagi, kalau saat bersilaturahmi atau bermaaf-maafan, lebih sreg dan penting mempersiapkan busananya dibanding perangkat salat," kata putri Gus Dur (almarhum) itu.
Yenny pun menggarisbawahi, hak setiap orang dan sah-sah saja bila kemudian ada yang berkenan menyiapkan diri menghadap sang Ilahi bermukena mahal dan mewah. Menurut dia, apabila si pemakai punya banyak uang dan hidup berlebihan, lalu memiliki mukena mahal nan mewah, itu adalah haknya. "Yang penting, si pemakai tidak melukai perasaan orang lain saat mengenakan (busana mewah itu). Misalnya, dia merasa yakin bermukena mewah tanpa harus takut kritik sosial atau merasa salah berkostum demikian."
Yenny mengingatkan, mereka yang bermukena mahal harus menjaga, menghargai perasaan orang lain, serta melihat situasi dan kondisi. "Jangan bermukena mahal di tempat yang rakyatnya banyak hidup susah. Hal ini melukai perasaan orang lain, mengotori makna fitri menghadap Sang Ilahi. Intinya, harus peka, bermental kuat, dan jangan menimbulkan kecemburuan sosial," ujarnya. | HADRIANI P