TEMPO Interaktif, BANDUNG - Nilai seni memang bisa dicapai oleh sesuatu yang dilebih-lebihkan entah itu warna, motif, ukuran, dan sebagainya. "Terlebih di era ketika minimalisme sudah mulai jenuh," ungkap pengamat fesyen dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung, Achmad Haldani Destiamand, kepada Tempo, Senin (6/9).
Mukena dwifungsi rancangan Utje Alisyahbana rupanya membuktikan hal itu. Dengan menggabungkan konsep gamis dan bordir dengan warna-warna nuansa Hongaria, dua fungsi busana rupanya mampu diraup sang pemakainya sekaligus. Dengan kata lain, rancangannya itu bisa dikenakan sebagai busana penutup aurat ketika salat maupun pakaian untuk jalan-jalan.
Fungsi pakaian bisa diset dengan mengenakan tali dari pilinan benang nylon di area perut atau pinggang. Gamis yang panjangnya melewati mata kaki ditarik di bagian perut.
Ini menjadikan penampilan pemakainya sekilas seperti memakai dua potong pakaian, atasan dan bawahan. Pilinan tali nylon yang warnanya senada dengan bordir di area leher dan dada menjadi aksen yang muncul dari pinggang titik di mana bentuk gembung gamis dikunci.
"Jadi, selintas kelihatan seperti pakai baju yang dimasukkan. Bentuk gamis saya ambil dari gaya Timur Tengah. Sementara warna-warna bordirnya dari Eropa," kata Utje.
Sebut saja warna bordir mukena seperti merah, hijau, kuning, ungu, orange, biru tua, dan biru muda nan kalem ala Hongaria. Tampil dengan mengadaptasi bentuk-bentuk motif bunga krisan dan mawar, Utje mencoba memunculkan sentuhan detail bentuk bernafas Eropa dan Cina pada bordiran.
"Untuk Eropa bisa dilihat dari bordiran krisan, sedangkan nuansa Cina bisa dilihat dari mukena putih-total motif mawar," jelas ibu tiga anak ini.
Bordir ia sebar di sekitar leher, dari pertengahan bahu sampai perut. Termasuk bagian kerah Shanghai pun tak luput dari aksen ini. Di ujung kerah diberi pilinan tali dari benang nylon yang sama dengan tali pengikat pinggang ketika busana tak difungsikan sebagai mukena.
Mulai merancang mukena sekitar awal April, Ramadan ini ternyata rancangan fusi karya Utje disambut positif oleh pengunjung galerinya, Moje Design. Desain yang membedakan dengan mukena tipe gamis lainnya, "Ada pada finishing. Di ujung-ujung kerah Shanghai dan tangan saya menggunakan jahit feston," tambahnya.
Pilihan material mukena yang dibandrol sekitar Rp 400.000 tersebut ada dua: katun dan polyester. Warna kain didominasi oleh putih murni dan broken white. Adapun rancangan warna lain yang tersedia, yakni warna-warna tua seperti hitam, coklat, dan biru tua.
Tak kelewatan, desainer kelahiran Bandung, 5 Desember 1953, ini rupanya menyertakan tas dengan aksen bordir dan pinggiran jahit feston yang diikat tali nylon untuk pemakai busana dua fungsi rancangannya. "Kalau difungsikan sebagai mukena, tas untuk pembungkusnya. Kalau sedang digunakan sebagai pakaian, tas bisa ditenteng," tuturnya.
GILANG MUSTIKA RAMDANI