TEMPO Interaktif, - Semur, masakan berkuah berisi daging atau ikan, kini dalam tahap perjuangan untuk maju sebagai warisan tak benda dunia. Masakan ini sebelumnya ditulis dalam The Complete Asian Cookbook dan Flavour of Malaysia sebagai bagian dari makanan khas negeri jiran.
Menurut Direktur Pembangunan Jatidiri, Pekerti, dan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Poppy Savitri, untuk menjadi warisan dunia semur perlu dukungan seluruh masyarakat Indonesia. "Seluruh Indonesia harus sepakat kalau semur akan maju, meski banyak ragam di daerah," ujar dia dalam diskusi semur di Restoran Bebek Bengil, Kamis 27 Oktober 2011 lalu
Poppy mencontohkan kasus batik. Kala itu ada Yayasan Batik Indonesia yang mewakili batik-batik daerah. Mereka sepakat Batik sudah layak menjadi warisan tak benda dunia. Kalau seluruh Indonesia sudah sepakat, dia melanjutkan, pemerintah bisa memprosesnya melalui Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
Syarat lain yang harus ada ialah nilai luhur dan filosofis. "Contohnya pulut (makanan dari ketan) itu maknanya merekatkan," ujar dia. Faktor filosofis dan nilai luhur akan menjadi pertimbangan sebagai warisan tak benda.
Ia mengingatkan meski syarat-syaratnya lengkap, tak semua yang didaftarkan bisa langsung disetujui. Badan PBB Bidang Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) diakui Poppy kini kewalahan mendapat permintaan dari sejumlah negara soal pengajuan warisan tak benda.
"Kini yang diutamakan adalah yang akan punah, kalau yang masih ada, UNESCO menyarankan untuk menggalakkan," kata Poppy. Maka sebaiknya masyarakat Indonesia mulai menggalakkan semur di setiap acara.
Arie Parikesit, pendiri konsultan kuliner Kelana Rasa, menuturkan saat ini baru kuliner Prancis, Meksiko, dan Mediterania yang diakui UNESCO. "Kini Jepang dan Korea pun berusaha mendaftarkan kulinernya," tutur dia. Indonesia dengan 33 provinsi tentu sangat banyak kekayaan kulinernya. "Ini bisa jadi peluang untuk warisan dunia," ujar dia.
DIANING SARI