TEMPO.CO, Jakarta -Rokok, kata Dokter spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan Ahmad Hudoyo, seperti sebuah miniatur pabrik bahan kimia. Karena mengandung lebih dari empat ribu bahan kimia yang bersifat radioaktif. Beberapa jenis bahan kimia dalam rokok,ia katakan biasa digunakan oleh industri kimia untuk bahan pembersih lantai, insektisida, cat, pelarut industri, racun semut, korek api, dan sebagainya.
Selain itu, Hudoyo mengatakan, rokok juga mengadung tar hingga lebih dari 40 bahan kimia yang bersifat karsinogenik (berpotensi kanker). "Sebenarnya manusia terlahir dengan membawa gen yang kanker," kata dia dalam seminar bertajuk Hidup dalam Lingkungan Sehat dengan Tidak Merokok di Klub Kelapa Gading Sabtu, 23 Juni 2012. Namun gen itu bersifat netral dan hanya berkembang menjadi lebih ganas saat terpapar zat- zat yang bersifat karsinogenik.
Tar itu yang kemudian menyebabkan sel kanker dalam paru meningkat tajam dan menyebabkan kanker paru. Sayangnya, kata dia, penderita kanker biasanya tidak mengetahui mereka menderita kanker karena tidak merasa ada penurunan kesehatan pada parunya.
Jarang penderita kanker paru stadium satu atau dua sadar bahwa mereka sudah terkena kanker. Penyebabnya karena paru merupakan organ tubuh yang tidak memiliki syaraf. Sehingga ketika ada kerusakan, penderita tidak merasa sakit atau pun merasa ada gejala sakit kanker.
Gejala klinis kanker paru berupa batuk-batuk, sakit napas, dada sesak, nafsu makan berkurang, serta berat badan menurun drastis terasa saat telah memasuki stadium tiga ke atas atau stadium akhir. Akibatnya, kata dia, mayoritas penderita tidak dapat diangkat kankernya karena terlambat menyadari sakitnya. Sementara kanker sudah mulai menjalar hingga ke hepar, tulang, dan otak.
Terapi seperti kemoterapi atau terapi obat, ia menjelaskan, memiliki harapan sembuh yang sangat kecil bagi penderita. Data yang ada menyebutkan hanya 13 persen penderita kanker paru dapat hidup lebih dari lima tahun dan sisanya biasanya hanya bertahan hidup sekitar sembilan bulan saja.
"Karena itu, jadi lah miliarder dahulu sebelum menjadi perokok agar memiki persiapan finansial ketika sakit," kata dia berkelakar. Hal senada juga diucapkan dokter spesialis paru Mohamad Yanuar Fajar. Ia mengatakan rokok merupakan barang berbahaya dengan nikotin yang bersifat adiktif. Rokok, kata Mohamad, menimbulkan kesenangan sementara, namun setelah terikat malah akan membuat menyesal selamanya.
RAFIKA AULIA