TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Ikabela dari Klinik Permata Bunda Rawamangun, secara klinis ada beberapa jenis parasomnia yang merupakan sekelompok gangguan tidur yang terdiri atasi fenomena fisik dan perilaku yang terjadi terutama waktu tidur. Adapun jenis parasomnia adalah:
1. Tidur berjalan
Disebut juga sleep walking atau somnambulisme yang biasa terjadi pada anak yang dapat dipicu oleh beberapa keadaan seperti deprivasi (kurang tidur), demam, stres, medikasi, gangguan lain (rasa sakit, ingin buang air, atau adanya suara keras). Sedangkan beberapa anak mengalami sleep terror (teror waktu tidur, night terror, pavor nocturnus). Biasanya ditemui pada anak usia 4-12 tahun, tetapi puncaknya terjadi pada usia 5-7 tahun.
2. Mimpi buruk
Mimpi buruk adalah peristiwa nokturnal hidup yang dapat menyebabkan perasaan takut, teror, dan atau kecemasan. Biasanya, orang yang mengalami mimpi buruk, yang tiba-tiba terbangun dari tidur REM, mampu menggambarkan isi mimpi secara rinci. Biasanya orang yang mengalami mimpi buruk memiliki kesulitan untuk tidur kembali. Mimpi buruk dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk sakit, kecemasan, kehilangan orang yang dicintai, atau reaksi negatif terhadap obat.
3. Teror malam
Seseorang mengalami teror malam atau teror tidur, yakni tiba-tiba terbangun dari tidur dalam keadaan ketakutan. Orang mungkin tampak terjaga, tetapi tampak bingung dan tidak mampu berkomunikasi. Orang yang memiliki teror tidur biasanya tidak ingat peristiwa keesokan harinya.
Teror malam mirip dengan mimpi buruk, tapi teror malam biasanya terjadi selama tahap tiga tidur (deep sleep).
Anak yang mengalami teror tidur dapat menimbulkan bahaya untuk diri sendiri atau orang lain karena melompat di tempat tidur atau berjalan di sekitar. Ketegangan emosional yang kuat dan atau penggunaan alkohol dapat meningkatkan kejadian teror malam di kalangan orang dewasa.
4. Sleep Paralysis
Orang dengan kelumpuhan tidur tidak dapat memindahkan tubuh atau anggota badan saat jatuh tertidur atau bangun. Episode singkat dari kelumpuhan otot parsial atau tulang lengkap dapat terjadi selama kelumpuhan tidur. Kadang-kadang tidur berjalan terjadi dalam keluarga, tapi penyebabnya tidak diketahui.
Kurang tidur dan tidak teratur jadwal tidur-bangun juga dapat menyebabkan kelumpuhan tidur. Hal ini juga terlihat di narkolepsi, sebuah gangguan yang ditandai dengan kantuk di siang hari yang berlebihan. Pada gangguan ini tidak berbahaya, tetapi orang-orang yang mengalami kelumpuhan tidur sering takut karena mereka tidak tahu apa yang terjadi.
5. Confusional Arousals
Arousals confusional biasanya terjadi ketika seseorang terbangun dari tidur nyenyak selama bagian pertama dari malam. Ini gangguan yang juga dikenal sebagai inersia tidur berlebihan atau mabuk tidur, melibatkan kelambatan berlebihan ketika bangun tidur.
Orang yang mengalami arousals confusional bereaksi perlahan terhadap perintah dan mungkin memiliki pertanyaan sekitar permasalahan yang dihadapi.
6.Tidur Enuresis
Dalam kondisi ini, juga disebut mengompol, orang yang terkena tidak mampu mempertahankan kontrol kemih saat tertidur. Ada dua jenis enuresis, yakni primer dan sekunder. Pada enuresis primer, seseorang belum mampu memiliki kontrol kemih semenjak masa kanak-kanak.
Pada enuresis sekunder, seseorang memiliki kekambuhan setelah sebelumnya mampu memiliki kontrol kemih. Enuresis dapat disebabkan oleh kondisi medis (termasuk diabetes, infeksi saluran kemih, atau sleep apnea) atau gangguan kejiwaan. Beberapa pengobatan untuk mengompol, termasuk modifikasi perilaku, perangkat alarm, dan obat-obatan.
7. Tidur REM dengan Atonia
Tidur REM biasanya melibatkan keadaan kelumpuhan (atonia), tetapi orang-orang dengan kondisi ini mampu memindahkan tubuh atau anggota tubuh saat bermimpi. Biasanya terjadi pada pria berusia 50 ke atas, tetapi gangguan juga bisa terjadi pada wanita dan pada orang yang lebih muda. Dalam diagnosis dan pengobatan, gangguan neurologis berpotensi serius harus dikesampingkan.
HADRIANI P