Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Anak Indonesia Kurang Gizi

image-gnews
TEMPO/ Dwi Narwoko
TEMPO/ Dwi Narwoko
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Status gizi anak Indonesia dibandingkan negara lain di Asia Tenggara masih dikategorikan jauh dari cukup. Fakta ini tergambar dari Survei Nutrisi Asia Tenggara (SEANUTS) yang dilakukan Frisian Campina dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Peragi) terhadap 7.200 anak yang tersebar di 96 kabupaten/kota di Indonesia, mulai Januari hingga Desember tahun 2011.

"Berdasarkan hasil survei, anak-anak Indonesia berusia 6 sampai 12 tahun memiliki defisit energi hingga 70 persen," ujar Ketua Tim Peneliti dari Divisi Sains dan Publikasi, Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Dokter Sandjajda, dalam konferensi pers di Hotel Bidakara, Rabu, 14 November 2012. "Status gizi ini bahkan semakin buruk pada anak dengan umur yang lebih muda." 

Dalam penelitian SEANUTS ini juga disebutkan bahwa anak Indonesia berumur 6-12 tahun kekurangan protein hingga 80 persen dari angka kecukupan yang telah ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kekurangan protein ini terutama ditemukan pada anak-anak perempuan di bawah umur 5 tahun. 

Menurut Sandjaja, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi anak Indonesia, agar terhindar dari konsekuensi yang harus ditanggung. Beberapa konsekuensi akibat kekurangan gizi antara lain, cacat mental, kematian, penurunan IQ, penyakit tidak menular, umur yang tidak panjang, aktivitas fisik yang berkurang, produktivitas yang berkurang, pendidikan rendah, pembangunan psikomotorik yang terhambat, serta beban sosial yang bertambah. "Seorang anak yang kurang gizi terbukti mengalami penurunan IQ hingga 13 poin," kata Sandjaja.

Adapun kriteria anak-anak yang diteliti adalah berumur 6-12 tahun dengan latar belakang sosio-ekonomi yang beragam. Menurut Sandjaja, kondisi beragam ini sengaja dipilih untuk memenuhi gambaran keadaan Indonesia yang sesungguhnya. Namun dari semua kriteria, anak yang diteliti adalah anak sehat. Seandainya ada anak yang sakit, yang masuk dalam penelitian tersebut langsung diobati.

Tidak hanya latar belakang sosio-ekonomi yang berbeda, latar belakang orang tua anak pun berbeda-beda. PERAGI memilih latar belakang orang tua mulai dari yang berpendidikan rendah hingga berpendidikan tinggi. "Namun sayangnya kami tidak memasukkan latar belakang sejauh mana pengetahuan orang tua tentang status gizi anak," ujar Sandjaja.

Penelitian SEANUTS tidak sebatas status gizi dan protein, melainkan pula soal terjadinya stunting atau anak pendek pada anak Indonesia, yang jauh di bawah rata-rata negara di Asia Tenggara. Meskipun Indonesia masih jauh dari kategori ideal untuk status gizi yang baik, dan tinggi badan, namun Indonesia masih memiliki angka yang rendah dalam hal obesitas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Indonesia, anak dengan Obesitas kurang dari 7 persen. Sedangkan di Malaysia, Thailand dan Vietnam angka Obesitas mencapai 11-12 persen. Sebagai perbandingan, penelitian SEANUTS juga dilakukan di 3 negara lain di Asia, seperti Malaysia dengan 3.300 anak, Thailand 3.100 anak, dan Vietnam 2.880 anak. Penelitian dilakukan dengan metode dan indikator sama dengan yang dilakukan di Indonesia. "Indikator yang digunakan adalah indikator yang ditetapkan oleh World Health Organization," ujar Sandjaja.

CHETA NILAWATY

Berita Terpopuler
Hati-hati dengan Suplemen Multivitamin 

Waspadai Penuaan pada Sistem Kekebalan Tubuh 

Hati-hati! Pukul Anak Bisa Berujung Kanker  

Hipertensi Dapat Mengubah Kinerja Otak 

Paracetamol Tingkatkan Risiko Asthma pada Bayi

Mengapa Banyak Anak Orang Kaya Alergi Kacang 

Hati-hati dengan Suplemen Multivitamin  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

6 November 2022

Wanita paruh baya atau emak-emak tampak di video sedang terbawa emosi saat menonton televisi.
Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?


8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

3 April 2019

Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock
8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.


Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

4 Februari 2019

Ilustrasi bayi. Pixabay.com
Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim


Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

24 Januari 2019

Ilustrasi ayah dan ibu mengobrol dengan balita. shutterstock.com
Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.


Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

15 November 2018

Bayi Gumoh. youtube.com
Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.


Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

11 November 2018

Anggota WET Indonesia memperagakan gerakan akuarobik menggunakan pelampung yang dinamakan noodle. TEMPO | Dwi Nur Santi
Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.


Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

6 November 2018

ilustrasi telinga bayi (pixabay.com)
Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi


Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

1 November 2018

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.


Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

19 Oktober 2018

Poppy Bunga usai melahirkan anak keduanya. (Seno/Tabloidbintang.com)
Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

Poppy Bunga menceritakan infeksi usus yang terjadi kepada anak keduanya saat berusia 2 minggu, dan baru ketahuan di usia 1,5 bulan.


Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

17 Oktober 2018

ilustrasi susu (pixabay.com)
Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang sampai ke masalah stunting.