TEMPO.CO , Jakarta - Ahli forensik dari Universitas Indonesia, Mun'im Idries, terang-terangan soal forensik dalam bukunya yang berjudul "X-Files: Mengungkap Fakta Kematian Bung Karno Sampai Munir." Dalam bukunya, ia menceritakan rumitnya ilmu forensik dengan bahasa yang bisa dimengerti orang awam.
Dalam kasus kematian Munir misalnya. Mun'im yang saat itu menjadi anggota tim pencari fakta kematian aktivis hak asasi manusia menceritakan dengan gamblang bahwa selama ini masyarakat banyak yang terpaku pada dugaan kematiannya di pesawat yang dinaikinya, Garuda Indonesia.
"Karena semua terpaku ke pesawat, akhirnya Polycarpus Budihari Priyanto pun divonis bebas ketika itu," kata Mun'im kepada Tempo, Jumat 28 Juni 2013.
Kala itu, Munir diduga mulai diracun di pesawat. Sementara Polycarpus tidak berada di sana. Tak terima Polycarpus divonis bebas, akhirnya Jenderal (Purn) Bambang Hendarso Danuri yang ketika itu menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri meminta Mun'im Idries kembali mempelajari kasus itu lagi.
Mun'im dan tim pencari fakta akhirnya menelusuri perjalanan ke Singapura untuk mengetahui di mana racun pembunuh Munir tersebut diberikan. Arsenik, racun yang membunuh Munir, kabarnya diletakkan di sebuah dus.
Setelah dilakukan tes, racun bereaksi diperkirakan sekitar 30 menit. Sementara perjalanan ke Singapura selama 90 menit. Dengan itu dan racun yang diperkirakan diletakkan di dus, Mun'im merasa ada yang tidak beres.
Ia dan tim pun kembali membahas kemungkinan tempat kejadian perkara (TKP) di Jakarta selama lima hari. Akhirnya, diambillah kesimpulan bahwa Munir tidak dibunuh di atas pesawat. Melainkan, Munir diberi racun saat Polycarpus mengajaknya minum di Coffee Bean Bandar Udara Changi, Singapura.
Menurut Mun'im, hanya di tempat itulah kemungkinan kematian Munir bisa terjadi. Karena, di Coffee Bean pula lah aktivis yang pernah menjadi Ketua KontraS itu mengeluh sakit perut dan meminta obat maag. Munir pun akhirnya kejang-kejang dan akhirnya ditemukan tewas di kafe itu. "Makanya ada penyanyi yang ketika itu melihat kejadian tersebut," ujarnya.
Cerita Munir menelisik kasus itu pun diungkapkan secara gamblang di buku X-Files. Begitu pula dengan pengalamannya menganalisis kematian presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.
Menurut Mun'im, hanya satu penyebab kematian Soekarno: pembiaran negara terhadapnya. Seorang Soekarno yang sangat aktif tiba-tiba dikerangkeng di paviliun Istana Bogor yang kemudian dipindahkan ke Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala) atas persetujuan presiden kedua, Soeharto.
"Pembunuh mematikan bukan hanya racun, tetapi pembiaran juga bisa sangat mematikan untuk manusia seaktif Pak Soekarno," katanya.
Ia memang tidak pernah melakukan forensik terhadap tubuh Soekarno, namun hanya menganalisis dari berbagai berita di media massa. Akhirnya, sebagai seorang ahli forensik, ia pun mengambil kesimpulan bahwa kematian Soekarno lebih karena disebabkan penelantaran. "Pak Soekarno memang sakit-sakitan waktu itu. Tetapi itu hanya penyebab kecil. Penyebab utamanya karena diisolir dari bangsanya sendiri," ia menjelaskan.
SUTJI DECILYA
Topik Terhangat
Ribut Kabut Asap |PKS Didepak?| Persija vs Persib |Penyaluran BLSM |Eksekutor Cebongan
Berita Lainnya:
Erick Thohir Segera Akuisisi 40 Persen Saham Inter
Ogbonna Selangkah Lagi ke Juventus
City Incar Top Skor Ketiga Liga Portugal
Blanc Antusias Melatih PSG