TEMPO.CO, Jakarta - Replika perhiasan-perhiasan kuno Indonesia dibuat sejak 2011 oleh produsen replika perhiasan kuno, Manjusha Nusantara. Referensinya dari perhiasan yang tidak dijual di pasar, melainkan dari buku, referensi dari mereka yang memiliki perhiasan asli Indonesia, dan museum.
Menurut Ria Wulandari Glenn, pendiri Manjusha Nusantara, sampai saat ini mereka mencari koleksi perhiasan antik peninggalan kebudayaan Indonesia untuk dibuat replika. Manjusha Nusantara berarti sekotak perhiasan Nusantara. Ini idirikan pada 2011 oleh empat wanita Indonesia yakni, Ina Symonds, Ria W. Glenn, Terry W. Supit, dan Yasmin Wirjawan.
Baca Juga:
"Pada April nanti, kami ingin meluncurkan koleksi baru replika perhiasan Jawa dari abad ke-6 dan ke-7," kata Ria dalam acara Simfoni Indonesia, Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Jumat, 28 Maret 2014.
Ia mengaku dirinya dan teman-teman sulit mencari referensi perhiasan Jawa di abad itu. Apalagi, tak ada literatur acuan dan peninggalan perhiasan. Referensi ada dari relief dan arca di Candi Dieng, dengan teknik tempa dan tatah di masa itu. Untuk koleksi baru replika, mereka menggunakan teknik tempa dan tatah.
Mereka melakukan penyesuaian dan modifikasi bentuk menjadi lebih kecil. Harganya sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 4 juta. "Tidak terbuat dari emas atau perak supaya dikenakan sehari-hari dan harganya terjangkau," kata Ria.
Koleksi perhiasan ini dipadankan dengan 36 busana karya Yani Soemali. Ia mengambil inspirasi sarung, kebaya dari tenun, dan jaket. Acara ini diselingi bincang-bincang tentang kain Nusantara, dari sisi sejarah, jenis kain, dan artinya oleh presenter Iwet Ramadhan.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Penggunaan Alat Handsfree Tetap Berbahaya bagi Pengemudi
Anak Populer Bisa Jadi Target Bullying
Indonesia Dinilai Berperan Besar Menjaga Kesehatan
Buah dan Sayuran Dapat Kurangi Risiko Kematian