BISNIS.COM, Jakarta - Busana adalah satu di antara tiga kebutuhan pokok manusia. Tak heran usaha pada bidang ini tetap potensial. Bagaimana trik sukses menjalani usaha mode? Fashion Director Idcreativeworld Sys Sakri mengatakan perancang busana harus bisa memilih karyanya.
Dia menilai terkadang perancang busana yang terlalu idealis sulit memenangi pasar. Sedangkan perancang busana yang memiliki modal usaha mumpuni justru tak cukup bila mengandalkan idealisme. "Biasanya, kalau desainer modal gede, dia idealis. Terus terang biasanya gitu," ujarnya di Jakarta, belum lama ini.
Baca Juga:
Untuk mengimbanginya, Sys berpandangan antara idealis dan mengikuti tuntutan pasar harus berjalan bersama. Sebagai contoh, saat ini banyak desainer mode yang memiliki dua label. Pertama, untuk segmen yang lebih eksklusif. Kedua, untuk segmen lain sebagai upaya mengikuti permintaan pasar.
"Menurut saya, idealis boleh tapi jangan over. Harus ikutin pasaran juga. Jadi 50:50. Kan, banyak desainer terkenal punya second line," katanya.
Adapun untuk desainer kreatif tapi terganjal masalah dana bisa mengikuti pameran-pameran skala kecil terlebih dulu. Asalkan karya yang dipamerkan sesuai dengan selera pasar dan diterima dengan baik. Seperti Jakarta Creative Week 2015 yang melibatkan 80 desainer lokal untuk unjuk gigi.
"Mereka (desainer) banyak yang kreatif tapi enggak punya dana. Jadi saya nolongin. Karyanya saya taruh di show sini, taruh show sana," tuturnya. Dia menambahkan, banyak desainer muda kreatif meskipun dana kerap menjadi hambatan mereka. Yang terpenting, tutur Sys, desainer memiliki semangat untuk terus mengembangkan potensi diri dan terus berkarya. "Jadi saya paling suka desainer muda yang ingin berkembang."
Acara Jakarta Creative Week 2015 mengusung tema “Black/White” dan diselenggarakan mulai tanggal 30 April sampai 3 Mei 2015 di mal Kota Kasablanka, Jakarta. Acara ini ditutup dengan peragaan busana yang dimeriahkan oleh Lemari Rajwa, Dana Collection, Mira, dan Lindy Ann.