TEMPO.CO, Seoul - Pemerintah Korea Selatan mengisolasi sekitar 700 orang untuk menyetop penyebaran virus middle east respiratory syndrome atau MERS. Upaya ini dilakukan pada Senin kemarin, setelah 18 orang dinyatakan terinfeksi MERS dalam rentang waktu sepuluh hari.
"Kita harus mencari penyebab tingginya penularan (MERS), yang tak seperti terjadi di negara lain," kata Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye pada sebuah pertemuan, Senin, 1 Juni 2015.
Pemerintah mulai waspada saat seorang lelaki berusia 68 tahun positif terjangkit MERS. Ia didiagnosa sepulangnya dari Bahrain. Virus menyebar ke sejumlah pasien dan pengunjung rumah sakit tempat pria itu dirawat. Fenomena ini mencetuskan pemikiran baru bahwa virus bermutasi atau terdapat faktor genetis dan lingkungan yang menyebabkan penyebaran semakin luas.
Virus MERS hampir sama seperti sindrom pernafasan akut (SARS) yang menjadi epidemi pada 2003. Hingga kini, tak ada vaksin khusus untuk penyakit MERS.
Kantor berita Associated Press melaporkan terdapat 682 anggota keluarga, pegawai rumah sakit, dan yang berhubungan langsung dengan pasien positif MERS telah diisolasi di rumah dan klinik kesehatan. Pemerintah Korea Selatan juga berencana melarang warganya bepergian ke luar negeri.
Kasus MERS pertama kali ditemukan pada 2012 di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania. Lembaga kesehatan dunia, WHO menyatakan dari 1,154 kasus MERS yang terjadi di seluruh dunia, terdapat 431 korban meninggal akibat virus itu.
WHO mendorong seluruh negara untuk memperketat pengawasan terhadap infeksi saluran pernapasan akut dan penyebaran virus di luar pola yang selama ini terjadi. Musababnya, seperti pada kasus infeksi pernapasan lainnya, gejala MERS tidak spesifik.
PUTRI ADITYOWATI | WHO | WASHINGTONPOST