TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi dari University of Utah, Amerika Serikat menunjukkan usia terbaik untuk menikah berdasarkan risiko perceraian. Semua pernikahan diharapkan bertahan seumur hidup, tapi tingkat perceraian lebih rendah bagi mereka yang menikah pada usia 20-an akhir.
Nicholas Wolfinger mengumpulkan data dari National Survey of Family Growth di Amerika Serikat antara 2006 dan 2010. Studi yang dipublikasikan di Institute of Family Studies ini menunjukkan risiko perceraian menurun pada mereka yang menikah di usia 20-an akhir dibanding mereka yang menikah di usia remaja atau 20-an awal.
Namun risiko perceraian kembali meningkat bagi mereka yang menikah di usia 32 tahun ke atas. "Kita mengetahui bahwa orang yang menikah di usia 30-an saat ini lebih rentan bercerai dari mereka yang menikah di usia 20-an akhir. Ini perkembangan baru," kata Wolfinger.
Fenomena ini merupakan pergeseran dari kecenderungan 20 tahun lalu. Pada 1995, risiko perceraian menurun dengan bertambahnya usia. Artinya, semakin muda Anda menikah, semakin besar risiko perceraian. Dan, semakin tua Anda menikah, semakin kecil risiko perceraian.
Wolfinger menjelaskan, pergeseran kecenderungan ini mungkin disebabkan oleh individu yang menunda pernikahan hingga usia 30 lebih tahun sering bermasalah dalam percintaan.
"Mereka menunda pernikahan karena umumnya tidak bisa menemukan orang yang mau menikahi mereka. Ketika mereka akhirnya menikah, pernikahan otomatis rentan berakhir dengan perceraian," kata Wolfinger.
Kabar baiknya, penelitian yang mengambil sampel populasi Amerika Serikat ini belum tentu tepat untuk menggambarkan populasi di negara lain. Masyarakat Indonesia tidak perlu cemas.
NIBRAS NADA | THE INDEPENDENT | BUSINESS STANDARD