TEMPO.CO, Jakarta - Mencari pembantu rumah tangga butuh ketelitian pengguna jasa soal latar belakang calon pembantunya. Sebagai pengguna jasa, Anda tak bisa sembarangan mencari pembantu alias asisten rumah tangga.
"Sebab, ART nantinya akan jadi bagian lain dari anggota keluarga yang tinggal di rumah," kata psikolog industri Peggy Sjabuddin. Maka, kejelasan soal tempat tinggal, status perkawinan, dan keluarga calon pembantu wajib diketahui.
"Secara pribadi, saya lebih memilih referensi ketimbang pakai jasa penyalur."
Jika sudah menggandeng asisten rumah tangga, langkah berikutnya adalah memelihara hubungan kerja. Peggy mengatakan faktor yang paling menentukan dalam hal ini adalah perlakuan pengguna jasa. Hal paling pertama yang harus pemakai jasa perhatikan adalah cara bicara.
"Tidak semua ART mengerti apa yang kita inginkan, karena biasanya mereka tidak memiliki tingkat pendidikan yang seberuntung kita,” ujar Peggy.
Selanjutnya, urusan jam kerja. Menurut Peggy, pengguna jasa harus memberi batasan jam kerja dan istirahat yang jelas. "Termasuk hari libur rutin," ujarnya. Misalnya pembantu mendapat jadwal libur di pekan pertama setiap bulan namun belum diambil, maka harus diganti pada pekan yang lain.
Peggy juga menyarankan supaya besaran gaji dibicarakan sejak awal. Hal ini juga berlaku untuk kebutuhan lain, seperti--jika disepakati--perlengkapan mandi dan subsidi pulsa.
“Kalau perlu, dibuat tertulis atau dibicarakan berulang-ulang, untuk mengingatkan mereka,” katanya.
Rutinitas pekerjaan juga harus dijelaskan sejak awal. Misalnya, jam bangun pagi dan tugas-tugas prioritas saat memulai hari. "Misalnya membuat sarapan atau menyiapkan keperluan anak untuk sekolah," ujar Peggy.
Nah, jika sederet kesepakatan itu sudah diraih, tinggal menjalankannya. Pada tahap ini, pengguna jasa butuh ketegasan untuk memastikan aturan-aturan tersebut dijalankan. Misalnya, memastikan anak-anak mandi pukul 16.00, pintu rumah terkunci mulai pukul 20.00, dan sebagainya.
CHETA NILAWATY