TEMPO.CO, Jakarta - Tren sepeda motor custom yang semakin berkembang layaknya cultural movement, gerakan budaya yang dilakukan bersama-sama. Demikian disampaikan Yusuf Abdul Jamil, builder dari Lawless Jakarta.
Menurut dia, kegemaran ini sudah dimulai sejak enam tahun lalu. Ketika itu para pemilik sepeda motor ingin menyesuaikan motor mereka dengan dirinya sendiri. "Ingin melepaskan diri dari mainstream. Orang ingin membuat sendiri motornya sesuai kepribadian," kata Arian Arifin, vokalis band Seringai yang juga pencinta motor custom kepada Koran Tempo Minggu, 9 Agustus 2015.
Tidak cuma di Jakarta, Rudi Sudjono, pemilik bengkel Flying Piston Garage, Bandung, mengatakan belakangan tren ini mengalami peningkatan jumlah di jalanan. Dampaknya, bengkelnya pun kerap dibanjiri pesanan para pencinta motor.
Sihir motor custom juga melintasi sekat-sekat profesi. Kata Erwan, builder dari bengkel Custom 32, mereka bisa saja guru, atlet, aktor, ataupun musikus. "Hari ini mereka menggandrungi sensasi, tampilan, dan rasa petualangannya," ujar Erwan.
Dari kalangan artis, ada aktor Rio Dewanto dan Lukman "Buluk" Laksmana, vokalis band Superglad. Rio mengaku memiliki empat sepeda motor custom yang dibuat oleh Donny Permana, dari bengkel Hantu Laut. Sedangkan Buluk mempercayakan motor Street Cub-nya kepada Erwan—builder Custom 32.
Rio mulai menyukai motor custom sejak lima tahun lalu. Keinginannya sederhana, bergaya, dan tampilan motornya harus sesuai dengan karakternya. Tentunya performa mesin juga harus yang kencang beneran. "Jika orang melihat saya naik motor, saya ingin orang tahu karakter saya seperti apa," ujarnya.
Ade Habibie mewujudkan hasrat pada gaya hidup motor custom ini di tempat kerja di Troupe Brut Rides Industries, jasa modifikasi dan dealer Triumph, motor premium dari Inggris, di Kemang, Jakarta Selatan. Di beberapa bagian gerai pada tembok-nya dibiarkan telanjang tanpa cat. Batang besi dan kayu-kayu menemani beberapa unit motor Triumph Scrambler yang berdiri di hadapan sofa. Ada juga produk apparel, seperti jaket, gloves, dan T-shirt, digeletakkan di atas meja. Bengkel berada di area terpisah yang bisa dilihat dari balik kaca. "Inilah kultur motor custom. Fashion yang laki banget," ujar cucu Bacharudin Jusuf Habibie ini.
Pemiliknya tidak sebatas memugar motor mereka, tapi membentuk gerakan yang mengkristal. Setiap tahun acara motor custom semakin banyak. "Acara bisa memadukan musik dan komunitas motor," katanya. Pagelaran itu muncul tidak hanya di Jakarta, tapi juga Bandung, Yogyakarta, dan Bali.
Salah satunya, Throttle Twisting Sunday, ajang temu muka penyuka motor custom. Penyelenggaranya adalah sebuah klub modifikator motor bernama Rocket Company. Sejak diselenggarakan pertama kali pada 30 Desember 2012, TTS disambut antusias. Rocket kerap bekerja sama dengan beberapa modifikator dari Lawless, Altos, Troupe, Thrive Motorcycle, hingga Saint & Sinners Motorclothes. "Tapi 'Lebaran' kami adalah Customfest yang digelar setiap tahun. Oktober nanti digelar di Yogyakarta," kata Donny Permana, pemilik bengkel Hantu Laut di Gandaria, Jakarta Selatan.
HERU TRIYONO