Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penderita Epilepsi Memerlukan Pengobatan Terpadu

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
technocrati.com
technocrati.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Epilepsi adalah salah satu penyakit neurologi menahun yang dapat mengenai siapa saja, tanpa batasan usia, jenis kelamin, ras maupun sosial-ekonomi. Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang.

Dari banyak studi menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi epilepsi aktif 8,2/1000 penduduk, sedangkan angka insidensi mencapai 50/100.000 penduduk. Di Indonesia, dari 237,6 juta penduduknya, diperkirakan jumlah penyandang epilepsi sekitar 1,1 hingga 8,8 juta, sedangkan insidens sekitar 50-70 kasus per 100.000 penduduk.

Dokter spesial saraf dari Rumah Sakit Bunda, Jakarta, Irawati Hawari, mengatakan pada suatu serangan epilepsi, terjadi aktivitas listrik abnormal di otak, dengan bentuk manifestasi berupa serangan kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran dan perubahan-perubahan lain yang hilang timbul, baik yang terasa atau terlihat.

“Bagi orangtua, khususnya waspadai demam yang terlalu sering dan tinggi pada anak, bisa jadi mengarah pada penyakit ini,” kata Irawati.

Penyebab lain gangguan listrik di otak antara lain oleh kerusakan jaringan, misalnya tumor otak, cedera kepala, atau akibat gejala sisa dari suatu penyakit seperti infeksi otak (meningitis, encephalitis), gangguan pembuluh darah otak (stroke), cacat lahir, kelainan genetika, serta sekitar 30% tidak diketahui penyebabnya.

Manifestasi serangan dapat berbeda-beda karena tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu. Masyarakat umumnya hanya mengetahui bahwa serangan epilepsi berbentuk kejang kelojotan disertai mulut berbusa.

Hilang Kesadaran

Dijelaskan, selain kejang-kejang, manifestasi serangan juga dapat berupa hilang kesadaran sesaat atau bingung, tiba-tiba menjatuhkan atau melempar benda yang dipegang, atau terjadi perubahan perilaku yang tiba-tiba, sehingga keluarga mengira sedang kesurupan.

Meskipun pada awal 1900-an era kedokteran modern epilepsi telah dimulai, masih ada masyarakat meyakini mitos yang ada sejak ribuan tahun yang lalu. Stigma atau persepsi yang salah terhadap epilepsi juga masih dialami baik di negara maju maupun di negara berkembang, yang tentunya berpengaruh negatif terhadap upaya pelayanan  optimal bagi orang dengan epilepsi (ODE).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tujuan utama terapi atau pengobatan epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal, sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik maupun mental yang dimilikinya. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan beberapa upaya, antara lain menghentikan bangkitan (seizure), mengurangi frekuensi bangkitan, mencegah timbulnya efek samping, menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah timbulnya efek samping dari obat anti epilepsi (OAE).

“Umumnya, 70% bangkitan dapat teratasi dengan 1 jenis OAE, sedangkan 30% sulit diatasi meskipun dengan 3 atau lebih OAE yang kita sebut sebagai epilepsi refrakter,” ujar Irawati.

Pada epilepsi refrakter, alternatif pengobatan yang dapat dilakukan adalah bedah epilepsi. Namun, tidak semua orang dengan epilepsi dapat menjalani terapi bedah epilepsi. Dokter yang mengkhususkan pada bidang epilepsi akan melakukan beberapa pemeriksaan dan evaluasi sebelum tindakan operasi dilakukan.

Epilepsi refrakter adalah epilepsi dengan bangkitan berulang, meski telah tercapai kadar terapi OAE dalam satu tahun terakhir. Bangkitan tersebut benar-benar akibat kegagalan OAE untuk mengkontrol focus epileptic, bukan karena dosis yang tidak tepat, ketidaktaatan minum OAE, kesalahan pemberian atau perubahan dalam formulasi.

Sekitar 25-30% penyandang akan berkembang menjadi epilepsi refrakter. Bila tindakan pembedahan juga tidak memungkinkan, alternatif lain yang dapat dilakukan  adalah diet ketogenik (Ketogenic Diet) dan stimulasi saraf vagus (Nervus Vagus Stimulation).

Irawati mengatakan, penanganan epilepsi dilakukan secara menyeluruh, mencakup tim psikolog atau psikiater, dokter spesialis saraf, spesialis bedah saraf, dan layanan fisioterapi profesional di bawah satu atap.

BISNIS

 

 


 
Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

18 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.