3 Mitos Beli Makanan Online selama Pandemi Covid-19, Cek Faktanya

Jumat, 8 Mei 2020 17:05 WIB

Pengemudi Go-Jek mengantre saat mereka menunggu pesanan mereka di warung kopi di Pasar Santa di Jakarta, 13 Juli 2017. Go-Jek, layanan sepeda motor yang menawarkan beragam jasa semuanya dari antar makanan, bahan makanan, jasa membersihkan rumah dan penata melalui aplikasi ponsel pintar. REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Jakarta - Membeli makanan secara online saat pandemi Covid-19 sering membuat masyarakat khawatir. Terlebih dengan berbagai informasi di media sosial, tak jarang video atau foto menunjukkan ketidakamanan mengonsumsi makanan dari luar rumah. Padahal, hal tersebut belum tentu benar.

Sebagai bentuk antisipasi dan pengetahuan, profesor kesehatan masyarakat yang mengajar epidemiologi penyakit menular dan kesehatan lingkungan di Muhlenberg College, Chrysan Cronin, pun memberikan beberapa penjelasan. Seperti dilansir dari situs Men’s Health, berikut tiga di antaranya.

Mitos pertama: Pembungkus pembawa makanan bisa membawa virus corona

Banyak orang yang takut wadah dan kantong plastik saat membeli makanan di luar sebab dianggap bisa membawa virus corona. Padahal, Cronin mengatakan hingga saat ini badan yang berwenang seperti CDC, FDA, dan WHO menyebutkan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Covid-19 dapat disebarkan lewat pembungkus atau makanan.

“Itu berarti Anda sebenarnya tidak perlu khawatir tentang hal tersebut. Tapi, jika merasa kurang nyaman dan masih takut, Anda bisa menenangkan diri dengan mencuci tangan sebelum makan atau memindahkan makanan ke piring berbeda dari wadah yang dibeli,” katanya.

Advertising
Advertising

Mitos kedua: Memanaskan makanan penting untuk membunuh virus corona

Setelah membeli makan, banyak orang memilih untuk memanaskan makanan kembali agar virus corona mati. Memang, mikroorganisme tidak bisa bertahan dalam kondisi panas sehingga masyarakat menerapkan hal tersebut.

“Ada penelitian yang menunjukkan virus corona lain (seperti yang menyebabkan SARS) sensitif terhadap suhu dan akan dihancurkan pada 149 derajat selama 3 menit. Ini karena lapisan protein yang mengelilinginya dapat dihancurkan oleh panas,” ujarnya.

Meski begitu, lagi-lagi belum ada bukti yang tepat untuk membenarkan pernyataan tersebut. “Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa memanaskan makanan dengan kompor atau microwave sampai uap naik efektif membunuh virus dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ini perlu dilakukan,” tuturnya.

Mitos ketiga: Pesan makanan mentah lebih berisiko daripada makanan matang

Makanan mentah memang selalu diasosiasikan dengan tempat berkumpulnya mikroorganisme, termasuk virus dan bakteri. Tak heran orang meninggalkan makanan mentah dan lebih memilih makanan matang untuk dibeli lewat online. Padahal, Cronin mengatakan makanan mentah dan matang sama saja. Namun, yang mempengaruhi adalah bagaimana makanan tersebut disiapkan.

“Jika memilih restoran yang benar, pasti cara menyiapkan makanannya akan mengikuti pedoman keselamatan yang sudah terstandarisasi. Itu berarti ketika ini diikuti, tidak ada peningkatan risiko, baik dari makanan mentah maupun matang,” tuturnya.

Berita terkait

Berbagai Mitos soal Orang Cerdas dan Faktanya

1 hari lalu

Berbagai Mitos soal Orang Cerdas dan Faktanya

Orang cerdas sering memunculkan anggapan atau mitos tertentu. Sayangnya, asumsi tersebut banyak yang keliru. Berikut faktanya.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Makanan Bergizi yang Tak Menggugah Selera Padahal Luar Biasa buat Tubuh

3 hari lalu

Makanan Bergizi yang Tak Menggugah Selera Padahal Luar Biasa buat Tubuh

Makanan yang bisa bikin Anda bergidik seperti serangga justru diklaim sehat dan bergizi tinggi. Berikut makanan bergizi yang disarankan ahli diet.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

5 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

5 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

6 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ingin Terlihat Awet Muda? Hindari 7 Makanan dan Minuman Ini

7 hari lalu

Ingin Terlihat Awet Muda? Hindari 7 Makanan dan Minuman Ini

Menjaga kulit agar tetap awet muda bisa dimulai dengan olahraga teratur dan makan makanan sehat.

Baca Selengkapnya

Ini Kompensasi yang Seharusnya Diterima Penumpang jika Terjadi Keterlambatan Kereta Api

9 hari lalu

Ini Kompensasi yang Seharusnya Diterima Penumpang jika Terjadi Keterlambatan Kereta Api

Aturan kompensasi diatur dalam Permenhub Nomor PM 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api.

Baca Selengkapnya