Terlalu Lama Bekerja, Awas Serangan Jantung sampai Kerusakan Otak

Reporter

Bisnis.com

Rabu, 23 Juni 2021 09:25 WIB

Ilustrasi bekerja di era digital. Foto: Freepik

TEMPO.CO, Jakarta - Anda mungkin terbiasa bekerja 50 jam setiap minggu. Namun untuk menambah pemasukan akan bekerja jauh lebih lama. Anda mungkin berpikir jika menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dengan waktu lebih lama akan membuat perekonomian stabil dan pujian dari atasan.

Namun, sebenarnya setiap jam yang dihabiskan lebih dari 40 jam seminggu membuat kurang produktif, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Bekerja dengan durasi ekstra justru tidak mempertahankan produktivitas. Melansir dari lifehack, berikut dampak negatif bekerja dengan durasi lebih lama.

Produktivitas berkurang
Jam kerja yang panjang seringkali kontraproduktif. Ford Motor Company membuktikan hal ini pada 1990-an melalui serangkaian penelitian. Hasilnya menunjukkan setiap tambahan 20 jam kerja di atas 40 jam yang direkomendasikan hanya menghasilkan peningkatan produktivitas selama tiga hingga empat minggu sebelum produktivitas menjadi negatif. Jika secara konsisten bekerja berjam-jam, itu akan membuat kelelahan dan pasti mulai tertinggal dalam tugas. Produktivitas menurun dan Anda harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengejar tugas yang terbengkalai.

Kelelahan meningkat
Kelelahan muncul ketika bekerja berjam-jam dalam jangka waktu yang lama. Gejala kelelahan dari hari kerja yang diperpanjang termasuk kantuk, kelelahan, konsentrasi yang buruk, lekas marah, dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit. Gejala-gejala ini merupakan penghalang besar bagi produktivitas. Jika tidak berhenti dan beristirahat, kelelahan akan meningkat dan menjadi luar biasa.

Risiko keamanan yang lebih tinggi
Ketika kelelahan meningkat dan Anda kewalahan karena hari kerja yang panjang, keselamatan akan terancam. Itu akan memicu kecelakaan dan cedera di tempat kerja. Bahaya keselamatan ini didukung secara jelas dengan bukti ilmiah karena tingkat kelelahan tidak mudah diukur. Ini merupakan masalah logis yang tidak boleh diabaikan.

Advertising
Advertising

Kehidupan sosial terabaikan
Anda akan merasa sulit mempertahankan kehidupan sosial yang sehat ketika bekerja 60 jam atau lebih dalam seminggu. Waktu luang untuk dihabiskan bersama keluarga dan teman dekat tidak cukup dengan jadwal kerja ini. Jam kerja yang diperpanjang juga dapat mengurangi kualitas hidup karena bertentangan dengan waktu berkualitas di luar pekerjaan.

Lebih stres
Saat bekerja berjam-jam, Anda akan mengorbankan tidak hanya keluarga dan teman dekat tetapi juga pola makan, rutinitas olahraga, dan kewarasan.

Kerusakan muskuloskeletal
Gangguan tersebut akan merusak otot, sendi, ligamen, tendon, dan saraf tubuh. Hindari jam kerja yang berlebihan untuk memberikan waktu yang cukup bagi tubuh. Beri waktu pada tubuh untuk pulih dan memperbaiki diri setiap hari. Jika tidak, otot mungkin akan melemah di bawah tekanan kerja.

Bahaya ergonomis
Kerja dengan durasi yang berlebihan dapat membuat bahaya ergonomis yang serius seperti bahan kimia, radiasi, getaran, kebisingan, dan suhu ekstrem. Paparan terhadap bahaya ergonomis ini dapat memiliki implikasi kesehatan yang serius.

Serangan jantung
Risiko penyakit jantung meningkat sebesar 67 persen untuk orang yang bekerja berjam-jam dibandingkan dengan orang yang bekerja standar 7-8 jam sehari. Itu menurut sebuah laporan oleh University College London.

Kerusakan otak
Laporan lain yang diterbitkan dalam American Journal of Epidemiology menemukan pekerja paruh baya yang bekerja lebih dari 55 jam seminggu memiliki keterampilan mental yang lebih buruk, termasuk memori jangka pendek dan berkurangnya kemampuan untuk mengingat kata-kata, dibandingkan yang bekerja kurang dari 41 jam. Studi ini menunjukkan jika lama di tempat kerja dapat menyebabkan kerusakan otak jangka panjang atau demensia. Tidak jelas mengapa bekerja berjam-jam memiliki efek buruk pada otak, tetapi penelitian ini menyarankan memberikan jeda untuk berpikir bagi pecandu kerja.

Risiko obesitas
Para peneliti di Universitas Maryland melaporkan tuntutan kerja dapat berkontribusi pada obesitas. Peneliti utama Nicole Au, yang memimpin penelitian serupa di Universitas Monash di Australia, mengatakan jam kerja yang diperpanjang dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk menyiapkan makanan rumahan, berolahraga, dan tidur, yang merupakan faktor risiko obesitas. Diakuinya, beberapa dari hubungan antara jam kerja yang diperpanjang menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan.

Baca juga: Kiat Orang Tua Bekerja Urus Rumah tanpa ART

Berita terkait

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

1 hari lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

2 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

4 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

4 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Hari Buruh Internasional, Aksi Unjuk Rasa di Cikapayang Dago Park

7 hari lalu

Hari Buruh Internasional, Aksi Unjuk Rasa di Cikapayang Dago Park

Aliansi Buruh Bandung Raya melakukan unjuk rasa menyuarakan perjuangan mereka saat Hari Buruh Internasional atau May Day di Cikapayang Dago Park

Baca Selengkapnya

Mengenang Tragedi Haymarket, Titik Balik Peringatan Hari Buruh Internasional

8 hari lalu

Mengenang Tragedi Haymarket, Titik Balik Peringatan Hari Buruh Internasional

Penetapan Hari Buruh Internasional setiap tanggal 1 Mei tak lepas dari tragedi Haymarket di Chicago. Ini kisahnya.

Baca Selengkapnya

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

8 hari lalu

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

Twibbon dapat digunakan untuk turut menyemarakkan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024. Silakan unggah dan tayang.

Baca Selengkapnya

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

9 hari lalu

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

Agar tak ada masalah dalam pekerjaan, cobalah hindari mengucapkan kalimat-kalimat berikut meski bos adalah teman sendiri.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

12 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

13 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya