Berikut Pertolongan Pertama pada Orang yang Terkontaminasi Etilen Glikol

Editor

Nurhadi

Senin, 24 Oktober 2022 13:00 WIB

Ilustrasi sirup obat batuk (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Etilen glikol atau disingkat EG merupakan cairan sirup yang tak berwarna, bercita rasa manis, dan tak berbau. Berdasarkan tinjauan sains, EG merupakan turunan paling sederhana dari keluarga glikol senyawa organik.

Food and Drugs Administration (FDA) telah melarang ketat pemakaian etilen glikol bersama dengan dietilen glikol dalam obat sejak 1938 karena efek sampingnya yang berbahaya. Lantas bagaimana penanganan saat keracunan zat ini?

Dikutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention, terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menangani kontaminasi etilen glikol. Namun, secara sederhana pertolongan pertama bersifat suportif, yang artinya pertolongan pertama dari kontaminasi etilen glikol hanya dilakukan di bawa arahan dokter dalam 30-60 menit pertama.

Selain itu, pertolongan terhadap etilen glikol dapat dilakukan menurut bagian tubuh mana yang terkontaminasi zat ini, berikut di antaranya:

Mata

  • Segera pindahkan pasien atau korban dari paparan etilen glikol.
  • Segera cuci mata dengan air hangat dalam jumlah besar setidaknya selama 15 menit.
  • Terakhir, segera cari pertolongan medis.
Advertising
Advertising

Tertelan

  • Segera pindahkan pasien atau korban dari sumber etilen glikol.
  • Pastikan jalan napas pasien ataukorban tidak terhalang.
  • Jangan memaksakan korban untukmuntah.
  • Beri korban obat kejang, seperti diazepam di bawah arahan dokter atau sesuai protokol yang berlaku.
  • Memantau fungsi jantung. Evaluasi tekanan darah rendah, irama jantung abnormal, dan penurunan fungsi pernapasan.
  • Evaluasi untuk gula darah rendah, gangguan elektrolit, dan kadar oksigen rendah.
  • Segera cari pertolongan medis.

Terhisap

  • Segera pindahkan korban dari paparan etilen glikol.
  • Evaluasi fungsi pernafasan dan nadi.
  • Pastikan jalan napas korban tidak terhalang.
  • Jika terjadi sesak napas atau sulit bernapas, berikan ruang untuk korban dapat bernapas
  • Jika pernapasan telah berhenti, berikan pernapasan buatan.
  • Segera cari pertolongan medis.

Dilansir dari laman Medical News Today, jika seseorang secara tak sengaja terkontaminasi oleh produk yang mengandung etilen glikol, zat ini dapat menyebabkan komplikasi parah, seperti gagal ginjal, kerusakan saraf permanen, dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.

Biasanya, kontaminasi akibat etilen glikol dapat terjadi antara 30 menit-12 jam pertama setelah seseorang terkontaminasi. Pada tahap kedua akibat kontaminasi etilen glikol, seseorang biasanya akan mengalaminya pada 12 hingga 24 jam setelah kontaminasi terjadi.

Terakhir, tahap ketiga dari kontaminasi etilen glikol dapat terjadi di 24 jam hingga 72 jam setelah kontaminasi tahap pertama terjadi. Dan jika tidak diobati, korban kontaminasi akan mengalami gagal ginjal hingga kematian.

MUHAMMAD SYAIFULLOH

Baca juga: Mengenal Etilen Glikol, Senyawa Serba Guna yang Berbahaya bagi Manusia

Berita terkait

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

7 hari lalu

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

12 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Deretan Manfaat Minyak Atsiri, Bisa Meningkatkan Kualitas Tidur hingga Mengurangi Stres

40 hari lalu

Deretan Manfaat Minyak Atsiri, Bisa Meningkatkan Kualitas Tidur hingga Mengurangi Stres

Minyak atsiri atau minyak esensial merupakan senyawa yang diekstrak dari bagian tumbuhan dan diperoleh melalui proses penyulingan.

Baca Selengkapnya

Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

42 hari lalu

Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

Pakar penyakit dalam menyebut ginjal bisa terganggu hambatan kimiawi seperti etilen glikol hingga kebanyakan makan jengkol.

Baca Selengkapnya

Pakar Penyakit Dalam FKUI: Ginjal Bisa Terganggu Etilen Glikol hingga Kebanyakan Makan Jengkol

42 hari lalu

Pakar Penyakit Dalam FKUI: Ginjal Bisa Terganggu Etilen Glikol hingga Kebanyakan Makan Jengkol

Sebagian besar penyakit ginjal dapat dicegah dan diobati apabila ditemukan lebih awal.

Baca Selengkapnya

Ibu dan 2 Anak di Saparua Maluku Tewas Usai Konsumsi Ikan Buntal, Kenali Bahaya Racun Ikan Fugu Ini

8 Maret 2024

Ibu dan 2 Anak di Saparua Maluku Tewas Usai Konsumsi Ikan Buntal, Kenali Bahaya Racun Ikan Fugu Ini

Racun yang terdapat dalam ikan buntal bernama racun tetrodotoxin, yang dinilai ribuan kali lebih berbahaya dibandingkan sianida.

Baca Selengkapnya

Makan Ikan Buntal 3 Orang Meninggal di Maluku, Mengenali Bahaya Racun Hewan Air Ini

7 Maret 2024

Makan Ikan Buntal 3 Orang Meninggal di Maluku, Mengenali Bahaya Racun Hewan Air Ini

Tiga orang warga Desa Haria, Saparua, Maluku Tengah meninggal akibat keracunan setelah mengonsumsi ikan buntal

Baca Selengkapnya

Gejala Keracunan Vitamin D dan Penanganan agar Tak Sampai Berujung Kematian

6 Maret 2024

Gejala Keracunan Vitamin D dan Penanganan agar Tak Sampai Berujung Kematian

Kenali tanda dan gejala orang keracunan vitamin D agar tak sampai membahayakan kesehatan, bahkan menyebabkan kematian.

Baca Selengkapnya

Lansia Meninggal karena Kelebihan Vitamin D, Cermati Dosis yang Dianjurkan

6 Maret 2024

Lansia Meninggal karena Kelebihan Vitamin D, Cermati Dosis yang Dianjurkan

Keracunan vitamin D disebut sebagai salah satu faktor penyebab kematian seorang lansia di Inggris. Pahami dosis yang dianjurkan agar tak berlebihan.

Baca Selengkapnya

Penyebab Keracunan Makanan Terbesar yang Sering Diabaikan

26 Januari 2024

Penyebab Keracunan Makanan Terbesar yang Sering Diabaikan

Pakar menyebut sebanyak 42 persen penyebab keracunan makanan di Indonesia pada 2019 adalah akibat cemaran bakteri. Ini yang perlu diperhatikan.

Baca Selengkapnya