Lihat saja dari setelan baju atas dan celana panjang yang serba dari kain, mulai kemeja lengan panjang putih bergaris-garis tipis hingga jas warna hitam atau abu-abu dengan celana panjang warna senada. Kemudian ditambah dasi warna hitam atau putih serta sepatu pantofel hitam mengkilat. Karena begitu eksklusifnya penampilan para peragawan, para pengunjung mal itu rela diam menatap mereka.
"Bekerja karier dengan kemeja dan celana kain itu sudah basi," kata Ulis Darama, Manajer Fashion Tren Centro, di acara peragaan busana bertajuk "Men in Style". Tema ini memang sedang giat diusung pusat belanja itu ke Kota Jakarta, Yogyakarta, dan Denpasar. Ulis memastikan sudah saatnya kaum Adam berdandan.
"Berdandan bukan lagi milik kaum Hawa semata. Geliat ini sejak pertengahan 1990-an mulai diminati para pria di kota-kota besar," tutur Ulis, yang selalu berpenampilan modis. Para pria, terutama mereka yang bekerja, sudah waktunya meninggalkan kekakuan dalam berbusana. "Kerja kantoran tidak harus berbusana formal, sehingga terjebak dalam rutinitas berbusana yang full konvensional."
Di tempatnya, Ulis membagi tipe busana pria menjadi tiga. Gaya carrier yang khas dengan setelan blazer dan celana panjang kain serta sepatu pantofel, sehingga tampil rapi dan formal. Lalu kontemporer, paduan gaya konvensional dan modern. Dan terakhir casual, yang identik dengan T-shirt, celana jins atau celana selutut, juga sepatu kets bertali, sehingga terkesan santai.
Dalam peluncuran program yang sama di Jakarta beberapa waktu lalu, Ulis menuturkan, kini pria tidak lagi malu-malu mendandani diri. Busana ke kantor tidak lagi bergaya klasik, seperti kemeja, dasi, dan celana bahan pantalon. Kemajuan teknologi dan zaman mengubah mereka yang mulai melirik serta terpikir mengutak-atik gaya dan penampilannya.
"Apalagi industri kreatif di Indonesia tumbuh subur. Pilihannya pun beragam, ada yang ngantor pakai jins, kaus, vest atau rompi, celana pendek, serta jodphur yang terinspirasi oleh tren Afrika yang memberikan kesan bohemian dan seruan penyuka kebebasan berekspresi serta berkreasi," tutur Ulis.
Scesikia Febiana, Manajer Pemasaran Centro Lifedata-style Department Store, mengatakan sekarang zamannya berbusana karier kontemporer, di mana pria sepulang dari kantor bisa langsung jalan, entah sekadar kongko atau ke pusat kebugaran.
Seorang peragawan "Men in Style", Rory Ashyari, adalah Cosmo Man 2009. Rory menyulap penampilannya dengan mengenakan kemeja panjang polos atau bergaris vertikal. Namun, tak melulu dipadu dengan blazer. Jas bisa diganti dengan kardigan wol atau tetap mengenakan jas tetapi dengan balutan vest sebelumnya.
Gaya itu tampak berani karena celana kain digeser jins dan sneakers menggantikan pantofel. "Gaya itu membuat laki-laki nggak kehilangan karakternya. Yang penting nyaman tapi keren," Scesilia menegaskan seraya menyebutkan bahwa Centro menggandeng sejumlah merek ternama, dari Levi's, Giordano, Polo, Kickers, hingga Parachute.
Perancang Samuel Wattimena sepakat bahwa kini pria punya hak sama untuk bergonta-ganti gaya atau penampilan. Apalagi belakangan kaum eksekutif muda mulai dikuliti habis-habisan bak berjalan di jalan karpet merah seputar penampilannya. "Banyak faktor, kini emansipasi wanita memberikan ruang sebesar-besarnya bagi pria untuk punya hak sama dalam urusan berdandan," katanya di Jakarta saat dihubungi Tempo.
Tak ada yang aneh dan kini tumbuh subur dengan terbukanya informasi mode pria, dari berbagai media, gerai belanja, hingga pusat kebugaran, demi tampil percaya diri. "Mereka yang sering ke pusat kebugaran tertantang nyalinya unjuk diri dengan busana dan penampilan modis," perancang berkulit hitam manis itu menandaskan.
Samuel pun menggaris bawahi, untuk urusan berdandan, pria lebih detail mengedepankan sisi kualitas, bukan kuantitas. Kalau wanita, cenderung mengadaptasi banyak gaya, tapi pria berdasarkan alasan fungsional.
Soal investasi barang mode, ia menilai justru pria tidak gampang terjebak ini-itu, lebih memiliki keputusan kuat atau fanatisme terhadap suatu merek. "Perniknya memang sedikit, tapi pilihan jam tangan, sabuk, jepit dasi, cincin, dan gadget biasanya selalu berkelas. Bukan asal comot," ujar Samuel memungkasi.
PITO AGUSTIN RUDIANA (Yogyakarta) / HADRIANI P