Dua Pasien AS Terkena Ebola Gunakan Obat Zmapp

Reporter

Kamis, 7 Agustus 2014 08:16 WIB

Relawan menurunkan jenazah penderita Ebola yang akan dikuburkan dengan prosedur yang aman untuk mencegah penularan di Kailahun, 18 Juli 2014. REUTERS/WHO/Tarik Jasarevic

TEMPO.CO, Jakarta - Dua pasien Amerika Serikat yang terinfeksi virus Ebola di Afrika menjalani uji coba pengobatan dengan ZMapp. Kedua pasien itu, seperti dilansir situs International Business Times, Kamis, 5 Agustus 2014, adalah Dr. Kent Branty dan Nancy Writebol. ZMapp diproduksi oeh Mapp Biopharmaceutical Inc, San Diego, Amerika Serikat. Meski obat ini dinilai potensial untuk mengobati Ebola, ZMapp belum pernah diujikan secara klinis pada manusia.

“Obat ini sebenarnya masih dalam proses penelitian atau eksperimen. Keamanannya pada manusia belum pernah diteliti dan baru pernah dicobakan pada monyet,” kata Profesor Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dalam rilisnya, Kamis, 7 Agustus 2014. “Obat ini digunakan pada dua pasien Amerika tersebut karena belum ada pilihan lain.” (Baca: Penularan Ebola ke Indonesia)

Ebola dipicu oleh virus dari genus Ebolavirus. Orang yang terinfeksi virus ini akan mengalami gejala antara lain muntah, diare, pendarahan dalam dan luar, serta demam. Penyakit yang namanya mengutip nama sungai Ebola di Kongo, Afrika, tempat pertama kali penyakit ini muncul pada 1976, bisa ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit orang penderita.

Menurut Tjandra, ZMapp berisi tiga jenis antibodi monoklonal yang diproses di tanaman, antara lain Nicotiana benthamania. Tanaman ini merupakan suatu jenis khusus daun tembakau yang digunakan untuk penelitian agroinfiltration. Dalam penelitian, rekombinan agrobacterium digunakan untuk memasukkan bahan genetik baru ke dalam tanaman tersebut. ZMapp juga merupakan koktail kombinasi antara beberapa obat lain, yaitu MB-003 dan ZMab.

“Mekanisme kerja ZMapp belum sepenuhnya diketahui. Mungkin menghambat virus memperbanyak diri atau melakukan netralisasi virus tersebut,” kata Tjandra. Untuk dapat diakui khasiat dan keamanannya serta digunakan secara luas, ia melanjutkan, maka obat ini masih memerlukan proses penelitian, yaitu uji klinik fase 1, fase 2 dan fase 3‎.

Sejauh ini, hasil pengobatan terhadap dua pasien Amerika tersebut cukup baik. Dalam hal ini, menurut Tjandra, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, obat eksperimen tersebut memberi hasil atau kedua, kedua pasien itu memang tergolong dalam 40% pasien Ebola yang sembuh. Sebab, menurut data yang ada, sekitar 60% pasien Ebola saat ini meninggal. Itu artinya, sekitar 40% lainnya memang sembuh. “Jawaban yang pasti masih membutuhkan penelitian yang seksama,” kata Tjandra. (Baca: Ebola Menyebar Terlalu Cepat)

DWI WIYANA

BERITA TERBARU:
Ahok Mengira Abdee 'Slank' Adalah Gitaris Arkarna
Abdee Slank Tanyakan Sponsor Matt Hart ke Jakarta
'Dorong' Kereta Demi Selamatkan Seorang Pria
Kisah Perjuangan Para Atlet Nasional di Televisi












Advertising
Advertising






































































Berita terkait

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

1 hari lalu

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

Presiden Jokowi menyoroti urgensi peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Apa pesan untuk pemimpin baru?

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

6 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

9 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

11 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

15 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

15 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

25 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

42 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

43 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

7 Maret 2024

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya