TEMPO, Jakarta -Jika bukan penggemar film horor, Anda mungkin bingung mengapa ada orang yang mau duduk manis menonton film yang membuat mereka menjerit dan berteriak sekeras kerasnya, itu.
Tapi, jangan bingung, ada yang disebut paradoks horor kata periset perilaku. Yaitu kesenangan menonton horor padahal secara teori tidak masuk akal,
"Tidak diragukan lagi, ada sesuatu yang sangat hebat yang membuat orang enjoy menonton horor, padahal menurut teori sangat tidak masuk akal," kata Joanne Cantor, PhD, direktur Pusat Penelitian Komunikasi University of Wisconsin, Madison, seperti dilansir dari laman WebMD. Tapi, menurut Cantor, kebanyakan orang suka mengalami emosi yang menyenangkan.
Para penggemar film horor mungkin mengatakan bahwa film horor adalah hiburan yang tidak berbahaya. Tapi jika pengaruhnya kuat, Cantor mengatakan, maka dampaknya juga bakal kuat. Dampak ini bakal dialami orang dewasa maupun anak-anak, baik yang telah adaptasi dengan ketakutan itu maupun yang terganggu.
Baca juga:
Pemicu Gangguan Jiwa pada Pekerja, Wanita dan Pria Berbeda
Kucing atau Anjing, Mana yang Lebih Cerdas?
Dampaknya bisa terjadi hanya pada saat lampu-lampu padam, atau kadang-kadang bisa bertahun-tahun. Tapi, sekali lagi, kata Cantor, dampak takut itu adalah sesuatu yang menyenangkan bagi mereka.
Jadi, rasa takut yang dirasakan saat melihat seseorang dikejar oleh pembunuh yang membawa kapak, bisa berbeda dari rasa takut yang mungkin dirasakan jika Anda benar-benar dikejar oleh pembunuh itu?
Jawabannya adalah tidak, setidaknya tidak menurut Glenn Sparks. Sparks, seorang profesor komunikasi di Universitas Purdue, yang mempelajari efek film horor pada fisiologi pemirsa. Disebutkan Sparks, ketika orang menonton gambar mengerikan, detak jantung mereka meningkat sebanyak 15 denyut per menit. Telapak tangan mereka berkeringat, suhu tubuh mereka turun beberapa derajat, otot mereka tegang, dan terjadi lonjakan tekanan darah. Baca: Film Horor Bisa Terekam di Alam Bawah Sadar Anak
"Otak belum benar-benar menyesuaikan diri dengan teknologi baru [film]," Sparks menjelaskan. "Kita bisa mengatakan pada diri kita sendiri bahwa gambar di layar film horor tidak nyata, tapi secara emosional otak kita bereaksi seolah-olah mereka 'masih' mengatur reaksi kita."
SUSAN