TEMPO.CO, Jakarta - Dunia memperingati Hari Rabies pada Kamis 28 September 2017. Diperkirakan hadir sejak 400 tahun lalu, penyakit yang disebabkan oleh virus rabies ini bisa menghilangkan nyawa.
Jumlah korban akibat penyakit rabies (Lyssa) di Indonesia menurut data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menurun, tapi jumlah kematian karena kasus tersebut justru meningkat. Baca:8 Fakta Rabies, 99 Persen Kematian Akibat Gigitan Anjing
Data infografik korban akibat penyakit rabies (lyssa) di Indonesia memperlihatkan semakin menurunnya jumlah korban dari tahun 2012 hingga 2014. (Cek grafik di bawah)
Namun jumlah kematian kasus itu meningkat awalnya 98 korban jiwa pada 2014 menjadi 118 korban jiwa pada 2015. Direktur P2PTVZ-Ditjen P2 P Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Drg Vensya Sitohang, M.Epid, mengatakan pada 2016 jumlah kematian kembali menurun menjadi 77 korban jiwa.
Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian rabies. Yaitu: Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR), kasus yang diberi vaksinasi post exposure treatment dengan Vaksi Anti Rabies (VAR) dan kasus yang meninggal karena Rabies (Lyssa) dan spesimen positif pada hewan. ??
Grafik Kasus GHPR dan Lyssa di Indonesia
Baca Juga:
Klik tombol pada grafik untuk melihat data
Gambar di atas memperlihatkan terjadinya penurunan kasus GHPR pada tahun 2012 sebanyak 84750 kasus menjadi 69136 kasus pada tahun 2013 dan meningkat kembali pada tahun 2014 dan 2015. ??Sedangkan kasus Lyssa mengalami penurunan signifikan sampai 2014 dan meningkat sebesar 20 persen pada tahun 2015 karena meningkatnya kasus positip pada hewan, masyarakat tidak melapor sehingga penanganan kasus kegigitan tidak dilaksanakan dengan prosedur standar operasional atau SOP.?? Begitu data yang dikutip juga dari Infodatin Rabies 2016. Baca: Rabies, di Bali Kasusnya Tertinggi? Simak Peta Penyebarannya
Disebutkan juga ada lima faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kasus rabies pada hewan dan manusia di suatu daerah. Yaitu, pertama kesadaran masyarakat dalam tatacara memelihara hewan yang baik dan benar (vaksinasi rutin dan tidak meliarkan hewan peliharaan), kedua pengetahuan masyarakat tentang bahaya rabies, ketiga kesadaran dan kemauan masyarakat untuk melaporkan kasus gigitan hewan penular rabies ke fasilitas kesehatan.
Keempat, kesadaran masyarakat untuk segera ke pelayanan kesehatan setelah digigit hewan penular rabies untuk mendapat pengobatan sesuai SOP, dan kelima perpindahan penduduk dan lalu lintas penduduk dengan membawa hewan peliharaan dari satu wilayah ke wilayah lainnya.?