Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Kopi Dunia, Ini Hambatan Kopi Lokal untuk Maju

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Kualitas Kopi Indonesia Diakui Dunia
Kualitas Kopi Indonesia Diakui Dunia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki banyak sekali jenis kopi lokal. Salah satu jenis kopi yang memiliki kualitas prima adalah toratima. Toratima oleh warga Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah disebut sebagai biji kopi yang istimewa. Biji kopi itu adalah “pilihan” mamalia hutan yang kebanyakan nokturnal alias aktif berkeliaran pada malam hari. Sebut saja tarsius –hewan endemik Sulawesi Tengah, tupai, kera, kuskus kerdil, tikus, juga kelelawar. Para hewan itu hanya menyantap daging kopi yang manis dan sudah masak, lalu melepeh atau membuang bijinya ke tanah. Biji sisa lepehan mamalia itu yang dipungut para petani Pipikoro lalu menjadi salah satu biji kopi kualitas tinggi.

Potensi kopi lokal di tanah Sigi ini tidak kalah dengan daerah lain. Selain toratima, ada juga kopi napu, kolawi, dan pipikoro. Masing-masing kopi tersebut punya keunikan tersendiri. Misalnya toratima, yang khas dengan rasanya yang manis dan pekat. Proses fermentasi oleh mamalia hutan juga membuat tingkat keasaman kopi berjenis robusta ini rendah, sehingga tidak membuat perut kembung. Baca: Hari Kopi Dunia, Sudah Tahu Kopi dari Lepehan Kera? 

Sayang, ada beberapa hambatan yang membuat kopi ini masih minim dikenal masyarakat luas. Beberapa di antaranya adalah masalah kurangnya pengetahuan warga soal kopi berkualitas dan proses pemasaran. Akibatnya organisasi nirlaba Karsa Institute dan Yayasan Kemitraan tahun lalu menginisiasi Program Peduli untuk kopi di kawasan itu harus bekerja cukup berat.

Direktur Karsa Institute, Rahmad Saleh mengatakan pada awal kopi toratima dijual, pasar masih menyamakan harganya dengan kopi lokal biasa. “Tidak adanya penghargaan dari pembeli itu sempat membuat petani kurang termotivasi untuk memperbaiki kualitas produknya,” ujarnya kepada Tempo English Mei lalu.

Di saat yang sama, petani kopi belum tergerak untuk mengorganisasi diri mereka di kegiatan pascapanen dan penjualan. Itulah yang kemudian diintervensi Karsa dan Kemitraan. Namun hal itu tak mudah karena jumlah petani kopi di Pipikoro mencapai 2500-an orang. Karenanya, Karsa dan Kemitraan menunjuk beberapa petani kopi untuk dibimbing lebih intensif. Merekalah yang kemudian menyebarkan ilmu penanaman dan pengolahan kopi ke lebih banyak petani.

Salah satu petani kopi, Oyong Adji, mengatakan, ia mendapat banyak ilmu baru dari Karsa dan Kemitraan. Salah satu yang ia pelajari adalah memisahkan biji kopi mentah, setengah matang, dan matang . Dulu, petani biasa mencampurkan biji kopi, bahkan hingga lebih dari setahun. “Kami tidak tau kalau itu merusak dan menurunkan kualitas biji kopi,” kata pria 26 tahun itu. Baca: Toratima, Kopi Lepehan Mamalia Asal Sulawesi

Dari Karsa dan Kemitraan pula Oyong belajar menyortir kopi begitu selesai dipungut dan dipetik. Oyong mengatakan, ia kini hanya mengolah biji kopi torotima yang masih berselimut kulit ari. Sebabnya, biji yang demikian tidak akan mengkerut setelah dijemur dan dikeringkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Soal konservasi juga jadi materi edukasi ke para petani kopi. Selain menghimbau petani untuk tidak tergiur pestisida, Karsa dan Kemitraan juga terus mengingatkan pentingnya pelestarian habitat para mamalia hutan. Himbauan tersebut diperkuat dengan kearifan lokal setempat yang melarang warga mengusik kehidupan makhluk hidup dalam hutan. “Karena ini ibarat rantai makanan,” ujar Oyong. “Hewan-hewan itu makan hasil kebun kami, dan kami juga hidup dari kopi toratima yang mereka ‘sediakan’.”

Menurut salah seorang Warga Desa Peana, Kecamatan Pipikoro, Abed Nego Tonta, 69 tahun perbaikan pola penanaman dan penyimpanan biji kopi mulai meningkatkan hasil produksinya, kendati belum signifikan. “Karena kami juga belum lama menerapkan ilmu yang diberikan Karsa dan Kemitraan,” kata dia yang memiliki 1 hektar perkebunan kopi ini. Juni tahun lalu, Tonta berhasil memanen 500 kilogram kopi Pipikoro dan total 50 kilogram kopi torotima. Ia memperkirakan hasil produksinya akan meningkat lagi saat panen bulan depan. “Ini karena saya semakin semangat bertani kopi.” Baca: Mau Jadi Ahli Kopi, Tahu Syarat Utamanya?

Faktor yang membuat Tonta semakin termotivasi bertani kopi adalah adanya Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sejak Oktober tahun lalu. Jika selama ini petani menjual hasil produksinya masing-masing, kini semua berpusat pada Bumdes. Oleh Bumdes, kopi Pipikoro dihargai Rp 30 ribu per kilogramnya, sedangkan kopi torotima dibanderol dua kali lipatnya. Tonta menilai angka tersebut cukup layak.

Adapun pemasaran dan pengolahan kopi Pipikoro dan toratima ada di tangan koperasi desa. Koperasilah yang menggoreng, menggiling, lalu menumbuk biji kopi secara tradisional. Kopi itu kemudian dikemas di Palu, dan ditawarkan ke sejumlah warung kopi. Harga per cangkir toratima berkisar Rp 10-5 ribu. Salah satu kedai yang menjual kopi Pipikoro dan toratima adalah Warung Kopi Sikamali milik Yoseph Gustaf. “Saya ingin orang tau Sulawesi Tengah punya varian kopi enak,” ujarnya.

Tonta dan Oyong berharap kopi dari kebun mereka “turun gunung” dan dikenal lebih banyak orang. Sukur-sukur, kata Oyong, toratima bisa sama populernya dengan kopi Luwak. Namun ia sendiri menyadari proses mempopulerkan kopi daerahnya masih panjang. “Kami masih berusaha keras memenuhi kebutuhan pasar,” kata Oyong yang juga pengurus Bumdes.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Festival Kopi Malioboro Coffee Night 2023 Digelar Pekan Depan, Catat Tanggalnya

9 jam lalu

Ilustrasi wanita minum kopi atau teh hangat. Freepik.com/Tirachardz
Festival Kopi Malioboro Coffee Night 2023 Digelar Pekan Depan, Catat Tanggalnya

Tak sekedar aksi bagi-bagi ribuan cup kopi gratis untuk wisatawan, acara ini juga mengandung unsur edukasi dan hiburan lainnya.


Kopi Sanger Aceh jadi Inspirasi Starbucks buat Minuman Spesial Hari Kopi Internasional

11 jam lalu

Dolce Americano, kopi Starbucks yang terinspirasi dari kopi sanger (Tempo/Mila Novita)
Kopi Sanger Aceh jadi Inspirasi Starbucks buat Minuman Spesial Hari Kopi Internasional

Kopi sanger sekilas mirip kopi susu, tetapi tanpa ampas. Kopi ini menjadi inspirasi bersama dengan tiga minuman lain dari berbagai benua.


3 Cara Gampang Bikin Minuman Kopi ala Kafe di Rumah

14 jam lalu

Dalgona Coffe. Tempo/Fardi Bestari
3 Cara Gampang Bikin Minuman Kopi ala Kafe di Rumah

Kopi menjadi salah satu minuman yang digemari banyak orang. Berikut resep cara bikin minuman kopi ala kafe di rumah.


5 Manfaat Minum Kopi Bagi Kesehatan Tubuh, Berapa Cangkir Sehari Disarankan?

16 jam lalu

Ilustrasi kopi hitam tanpa gula. Foto: Freepik/8photo
5 Manfaat Minum Kopi Bagi Kesehatan Tubuh, Berapa Cangkir Sehari Disarankan?

Selain dapat melawan rasa kantuk sekaligus penambah energi, ternyata kopi memiliki manfaat lain bagi kesehatan tubuh. Apa saja manfaat kopi bagi kesehatan tubuh?


Bolehkah Anak-anak Minum Kopi?

17 jam lalu

Ilustrasi kopi susu. Foto: Unsplash.com/Alberto Bogo
Bolehkah Anak-anak Minum Kopi?

Kopi adalah salah satu minuman dengan kandungan kafein tertinggi. Apakah anak-anak boleh minum kopi?


Kebiasaan Orang Singapura Minum Kopi

2 hari lalu

Kenangan Coffee di Bandara Changi, T2, Singapura. TEMPO/Yunia Pratiwi
Kebiasaan Orang Singapura Minum Kopi

Kalau di Indonesia kopi identik dengan rasa pahit, di Singapura sedikit berbeda


Kenangan Coffee Pertama di Singapura, Ini Menu Andalannya

3 hari lalu

Kenangan Coffee pertama di Singapura di kawasan Raffles City, Bras Basah Road, Singapura. TEMPO/Yunia Pratiwi
Kenangan Coffee Pertama di Singapura, Ini Menu Andalannya

Setelah sukses di Malaysia, Kenangan Coffee buka gerai pertama di Singapura


Sederet Bahan Campuran Terbaik untuk Kopi

3 hari lalu

Ilustrasi kopi panas. Foto: Unsplash.com/Rene Porter
Sederet Bahan Campuran Terbaik untuk Kopi

Tidak semua bahan cocok dicampur dengan kopi agar mendapatkan cita rasa terbaik.


4 Bahan yang Sebaiknya Tidak Dicampur dengan Kopi

3 hari lalu

Ilustrasi kopi susu. Foto: Unsplash.com/Alberto Bogo
4 Bahan yang Sebaiknya Tidak Dicampur dengan Kopi

Tidak semua bahan boleh dicampur dengan kopi karena berbagai pertimbangan. Apa saja bahan-bahan tersebut?


Kolaborasi dengan Disney, Starbucks Hadirkan Tumbler Karakter Vintage

10 hari lalu

Starbucks berkolaborasi dengan Disney menghadirkan merchandise tumbler dan pin berdesain vintage (Ist)
Kolaborasi dengan Disney, Starbucks Hadirkan Tumbler Karakter Vintage

Koleksi merchandise Starbucks x Disney terdiri dari 10 desain tumbler dan pin enamel berdesain vintage.