TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Astrid Wen mengatakan media sosial dan mudahnya penggunaan internet dapat mendorong anak muda untuk mencoba olahraga-olahraga beradrenalin tinggi. Menurut Astrid, informasi yang didapat anak-anak dari dunia internet, membuat mereka menjadi ingin tahu dan segera ingin mencobanya. “Dengan internet, mereka lihat ada banyak komunitas. Apa yang sedang tren, jadi mudah dicari anak-anak,” katanya saat dihubungi Rabu 4 Oktober 2017.
Tren bisa saja mengarahkan anak dan remaja ke olahraga yang mengacu adrenalin. Menurut Astrid, remaja memiliki keingintahuan yang besar. Mereka pun senang dengan coba-coba. “Mereka bisa berpikir, kalau bisa melanggar aturan, maka akan ada rasa kepuasan dan kebanggaaan sendiri baginya,” kata Astrid. Baca: Balap Liar di Jakarta Dilegalkan, Ini Struktur Organisasinya
Biasanya anak anak yang menyukai olahraga ekstrem itu adalah anak lelaki. Hal itu, kata Astrid, didukung dengan hormon testosteron. “Perempuan sebenarnya juga memiliki hormon itu, namun tidak sebanyak laki-laki,” katanya.
Astrid mengatakan tidak masalah sebenarnya apabila ada anak yang menyukai permainan dengan adrenalin tinggi. Namun edukasi tentang keamanan penting diberikan kepada si anak. “Sehingga mereka bisa mengeksloprasi permainan beresiko tinggi itu di lingkungan yang lebih aman,” katanya. Baca: Balapan Liar di Makassar Tewaskan 2 Remaja
Edukasi tentang keamanan penting dilakukan kepada si anak karena para remaja belum memiliki emosi yang stabil. Menurut Astrid, emosi itu berpengaruh para daya antisipasi dan perhitungan si remaja dalam menguasai medan. “Emosinya belum stabil, terkadang yang penting mau menang tapi caranya berbahaya,” kata Astrid.
Sebelumnya, seorang remaja pembalap motor ,Denis Kancil, meninggal dalam kecelakaan di tengah balapan liar. Bocah berusia 14 tahun ini memang memiliki hobi menantang maut. Denis sempat dielu-elukan rekan sepermainannya. Dia dianggap sangat mahir mengendarai kendaraan roda dua itu.