TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi memilih berjalan kaki ke lokasi acara perayaan hari ulang tahun TNI ke-72 di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, karena merasa terlalu lama berada di dalam mobil. Kegiatan jalan itu menjadi buah bibir berbagai kalangan. Saat berada di jalan layang menuju dermaga, mobil yang ditumpangi Jokowi terjebak macet karena penuh dengan warga yang ingin menonton perayaan ulang tahun TNI.
Jokowi mengatakan dirinya sudah menunggu setengah jam di mobil dan merasa tidak kuat. Ia pun sempat bertanya kepada timnya, berapa lagi jarak yang harus ditempuh. “Saya tanya masih berapa kilo (kilometer)? Tiga kilometer, ya sudah saya keluar mobil, jalan kaki," kata pria 56 tahun yang sudah merasa terbiasa jalan pagi selama tiga kilometer.
Olahraga ringan seperti berjalan kaki yang dilakukan Jokowi bisa menjadi alternatif bagi Anda dalam mengolah tubuh. Latihan fisik, termasuk olahraga ringan, memiliki dampak positif terhadap metabolisme otak. Faktanya, berdasarkan penelitian sekelompok ilmuwan dari Goethe University Frankfurt, Jerman, latihan fisik yang dilakukan sehari-hari dapat meningkatkan choline – nutrient esensial yang larut dalam air dan berfungsi untuk menjaga kerja hati, perkembangan otak, fungsi saraf, pergerakan otot dan menjaga metabolisme tubuh secara keseluruhan. Baca: Olahraga pada Lansia Jauhkan Penyakit Serius
“Bukan hanya fitness, olahraga ringan yang rutin dilakukan sehari-hari meningkatkan konstentrasi metabolisme,” ujar Johannes Pantel, profesor dari Goethe University Frankfurt, Jerman.
Dalam penelitian tersebut, latihan fisik terbukti membuat konstentrasi kolin dalam otak stabil. Fitness tidak hanya menjaga kolin dalam otak agar tetap stabil, namun juga meningkatkan kerja (efisiensi) jantung pasca melakukan latihan fisik.
Para peneliti menduga bahwa latihan fisik yang dilakukan dapat melindungi sel. Untuk mengetahui dampak latihan fisik terhadap metabolisme otak dan daya ingat seseorang, ahli gerontologi (ilmu medis yang mempelajari penyakit menurut perubahan unsur lansia) menguji partisipan dengan rentang usia antara 65 hingga 85 tahun berdasarkan parameter pergerakan, performa kognitif serta cardiopulmonary fitness - kemampuan jantung, sel darah dan paru-paru menyuplai oksigen selama melakukan latihan fisik. Baca: Malas Olahraga? Ikuti 3 Saran Ampuh dari Melanie Putria
Para partisipan diminta untuk bersepeda selama 30 menit, tiga kali dalam seminggu. Selama 12 minggu, para peneliti menggunakan MRT dan MRS untuk mengukur struktur dan metabolisme otak. Hasilnya menunjukkan bahwa olahraga bermanfaat dalam pencegahan gangguan kognitif dan demensia di usia tua.
THE INDIAN EXPRESS | ESKANISA RAMADIANI