TEMPO.CO, Jakarta - Bicara soal belanja, wanita jagonya. Namun, pergeseran budaya telah menujukkan bahwa laki-laki juga ikut menjadi penentu bergeraknya industri, terutama fashion.
Laki-laki yang suka belanja, ini terdiri dari orang yang punya modal waktu dan materi untuk memperhatikan penampilannya, seiring dengan tuntutan berdandan zaman sekarang.
General Manager Marketing & Communications Plaza Indonesia Zamri Mamat mengatakan dirinya menyadari bahwa perkembangan industri mode Tanah Air, khususnya segmentasi baju pria semakin meningkat.
Baca juga:
Pembrolizumab, Terobosan Terbaru Atasi Kanker Paru
Kenapa Main Film Horor? Tilik Jawaban Evan Sanders
Sinyal Bahaya Rokok Sudah Muncul, Vape Bukan Solusi
Tidak hanya terkait dengan permintaan pasar dan tren mode saja, tetapi pergeseran gaya hidup pria urban masa kini yang semakin teredukasi untuk tampil dengan mengedepankan nilai-nilai estetika dan personalitas.
Ada beberapa ciri khas pria saat belanja. Pertama, pria lebih mudah belanja barang dengan edisi terbatas.
“Konsumen pria lebih mudah membeli daripada konsumen wanita. Kalau mereka suka langsung belia tanpa berpikir. Semakin barangnya terbatas, mereka semakin suka karena pilihan [yang tersedia] lebih sedikit dibanding perempuan,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, banyak pelanggan dari mancanegara datang untuk berbelanja di suatu gerai untuk mencari beberapa produk yang tidak dirilis di negaranya. Biasanya pelanggan-pelanggan ini mencari produk dari merek baru dengan kualitas yang esensial.
Kedua, pria tak peduli soal harga. Laki-laki tidak banyak mempertimbangkan harga karena kebanyakan ritel modern saat ini didukung dengan kesetiaan pelanggan yang loyal. “Mereka percaya apa yang [peritel] berikan. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan ritel modern di Indonesia,” tuturnya.
Dia mengklaim, dibanding ritel dengan konsep grosir seperti ITC, pertumbuhan ritel high end masih menunjukkan angka yang positif. Hal ini bisa jadi disebabkan karena pengalaman belanja yang lebih nyaman lebih dirasakan oleh para konsumen yang sudah mapan. Selain itu pertumbuhan peritel asing dengan kualitas mumpuni pun makin gencar.
Guna menarik perhatian kaum Adam, Plaza Indonesia tak hanya menghadirkan merek-merek dari rumah mode ternama, tetapi juga menghadirkan pop up store yang didukung oleh pelaku usaha kelas kecil dan menengah. Kendati dari level yang belum high end, produk yang dijual telah melalui proses kurasi sehingga barang yang dijual dapat dipastikan kualitasnya, seperti batik.
Di samping itu, Direktur Optik Seis Rudhy Buntaram juga mengungkapkan optimismenya. Untuk industri kacamata fesyen, laki-laki tidak mau kalah dengan perempuan. Mereka berani menginvestasikan uangnya untuk membeli koleksi terbaru dari beberapa merek paling laris seperti Oakley dan Ray-Ban.
“Perilaku konsumen antara laki-laki dan perempuan sebenarnya sama saja. Namun, perempuan pasti selalu belanja lebih banyak dibanding laki-laki [di setiap lini produk fashion],” tuturnya.
Selain itu, banyaknya laki-laki yang mengoleksi kacamata dan tingginya pertumbuhan munculnya gera-gerai baru juga menjadi faktor meningkatnya demand untuk membeli produk fashion, terlepas dari faktor perbedaan gender.