TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan kian banyak unit usaha yang menerima pembayaran dengan Bitcoin, alias uang kripto. Beberapa diantaranya adalah Topas TV (televisi berbayar milik Grup Mayapada), situs e-commerce tees.co.id, dan lain-lain.
Manajemen Topas TV menerima pembayaran dengan Bitcoin, mulai September lalu. Hal ini memicu pembicaraan ramai tentang mata uang kripto itu.
Direktur Keuangan Topas TV Erick Gunawan Widjaja mengatakan kebijakan menerima Bitcoin merupakan langkah untuk memperluas pasar. Dengan keringkasan dan kemudahan cara pembayaran yang diberikan uang kripto, dia berharap pasar Topas TV dapat membesar. Hingga akhir tahun ini, Topas TV mengincar 500 ribu pelanggan.
“Mata uang kripto adalah masa depan sistem pembayaran, sehingga langkah ini kami anggap pula sebagai investasi jangka panjang,” kata dia kepada Tempo, Selasa
Erick menuturkan pembayaran menggunakan Bitcoin sangat menguntungkan perusahaan dari segi waktu dan finansial. Dia membandingkan, bekerja sama dengan sebuah jaringan toko retail perlu waktu hingga dua bulan guna menyiapkan peralatan, sistem, hingga tenaga ahlinya. Sementara itu, untuk Bitcoin, perusahaannya hanya perlu membuat akun.
Keunggulan lainnya, dia menimpali, uang diterima saat itu juga oleh perusahaan dalam bentuk rupiah. “Dengan otomatis dikonversikan ke rupiah, secara otomatis terlindung dari nilai Bitcoin yang naik-turun,” kata dia. Sementara itu, dengan metode pembayaran tradisional yang sekarang dipakai, uang baru masuk ke rekening perusahaan setelah beberapa jam, bahkan hari.
Topas TV bukan satu-satunya perusahaan yang memakai Bitcoin di Indonesia. Aria Rajasa, Direktur Utama PT Tees Pratama Indonesia yang mengelola situs e-commerce tees.co.id, bahkan sudah dua tahun menggunakan Bitcoin untuk keperluan transaksi perusahaannya. Dalam sebulan rata-rata ada sepuluh pelanggan yang membayar menggunakan Bitcoin.
“Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya tiga sampai lima pelanggan,” ucap dia.
Sama seperti Erick, menurut Aria, nilai pasti yang diterima perusahaan juga menjadi alasan menerima pembayaran dengan Bitcoin. Apalagi, perusahaan rintisan yang didirikannya itu kerap menerima pesanan dari luar negeri. “Kalau pakai Bitcoin, uang dalam bentuk rupiah diterima saat itu juga, terlindungi dari selisih kurs, dan lebih murah,” kata dia.
Aria berucap, penggunaan uang kripto sangat membantu pertumbuhan perusahaan. Sebab, uang kripto menawarkan kemudahan, keringkasan, dan biaya yang rendah. “Hampir tidak ada bedanya dengan transaksi online menggunakan kartu kredit, bahkan lebih ringkas,” Aria mengungkapkan.
Pembeli cukup memilih produk yang ingin dibeli, mengisi data untuk keperluan pengiriman barang, lalu memilih metode pembayaran. Misalnya, pembeli yang ingin membeli tas seharga Rp 120 ribu cukup mengetuk metode pembayaran Bitcoin, lalu akan dialihkan ke halaman pembayaran. Di situ tercantum nilai yang harus dibayarkan beserta konversinya dalam Bitcoin.
Di sudut kanan atas halaman tersebut terdapat kode batang pembayaran. Pembeli cukup mendekatkan telepon seluler ke layar untuk memindai kode batang. Dalam waktu kurang dari satu menit, pembayaran terselesaikan. “Menyenangkan untuk pelanggan dan kami sebagai perusahaan,” kata dia.
Direktur Utama Bitcoin.co.id, platform uang kripto terbesar di Asia Tenggara yang berbasis di Bali, Oscar Darmawan, menuturkan di banyak daerah mulai tumbuh gerai yang menerima Bitcoin sebagai protokol pembayaran. Dia mencatat ada 100 unit bisnis di 35 kota yang menerima pembayaran dengan Bitcoin.
Oscar mengklaim Bitcoin lebih aman dibanding kartu kredit. Alasannya, dalam bertransaksi tidak perlu memasukkan identitas apa pun. Pembayaran menggunakan uang kripto pun sebetulnya menggunakan mata uang setempat. Ketika sebuah gerai menerima pembayaran menggunakan Bitcoin, secara otomatis akan dikonversikan ke rupiah.
Dia menjelaskan, cara bertransaksi menggunakan Bitcoin sederhana. Pengguna hanya perlu membuka aplikasi dompet virtual tempat menyimpan Bitcoin. Dengan menempelkan telepon seluler untuk memindai kode batang, Bitcoin ditransfer ke penjual. “Tetapi tetap saja, nilai yang menjadi acuan adalah rupiah.”