Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Petani Cengkeh, Nasibmu Dulu dan Kini

image-gnews
Suasana diskusi buku Menelisik Penghidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi dalam acara Kampung Buku Jogja #3 di Foodpark UGM Yogyakaarta, Kamis, 5 Oktober 2017/ Pito Agustin Rudiana
Suasana diskusi buku Menelisik Penghidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi dalam acara Kampung Buku Jogja #3 di Foodpark UGM Yogyakaarta, Kamis, 5 Oktober 2017/ Pito Agustin Rudiana
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketika membicarakan rokok kretek, acapkali masyarakat umum, terlebih lagi pemerintah hanya menyinggung soal tembakau. Cengkeh, sebagai salah satu jenis tanaman rempah yang mempunyai peran membumbui aroma rokok kretek sehingga memberikan khas dilupakan. Padahal menurut data yang dimiliki Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI), 95 persen produksi cengkeh di Indonesia dipergunakan untuk produksi rokok kretek yang notabane rokok lokal Nusantara. Tak heran, ketika keberadaan rokok ditentang dengan kehadiran Framework Convention on Tobacco Control alias Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau dari organisasi kesehatan dunia (WHO), petani cengkeh ikut ketar ketir. Setidaknya hal itu menjadi perbincangan dalam diskusi buku berjudul “Menelisik Penghidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi”. Kegiatan itu menghadirkan penulis buku, petani cengkeh, pengurus APCI, juga antropolog di acara Kampung Buku Jogja #3 di Foodpark Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis, 5 Oktober 2017 lalu.

Buku setebal 151 halaman yang diterbitkan Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK) itu berisi pengalaman enam orang penulis. Mereka meriset dan mewawancarai 117 petani cengkeh di lima provinsi. Apabila selama ini orang hanya mengenal cengkeh dari Maluku, Melalui buku itu pembaca akan menemukan daerah lain di Indonesia yang juga menjadi komoditas cengkeh besar. Daerah-daerah yang diteliti adalah Kabupaten Maluku Tengah dan Seram bagian barat di Maluku. Ada pula Kabupaten Bone dan Luwu di Sulawesi Selatan. Di Bali ada di Kabupaten Buleleng dan Tabanan. Cengkeh di Jawa Timur ditemukan di Kabupaten Trenggalek dan Pacitan. Ada pula cengkeh di Kabupaten Simeulue, Aceh Barat Daya, dan Aceh Besar di Nangroe Aceh Darussalam. Baca: Soal Pajak Buku Tere Liye, Ini Kata Najwa Shihab

Ketua Ekspedisi Cengkeh, Fawaz menceritakan pengalamannya di Bali dan Aceh. Petani cengkeh di Bali bermunculan pasca Gunung Agung meletus pada 1963 yang menelan korban jiwa 1.118 orang. Banyak warga yang menjadi transmigran ke Lombok. Sedangkan yang kembali dari pengungsian memilih untuk menanam pohon cengkeh sebagai petani penggarap hingga akhirnya sukses menjadi pemilik kebun cengkeh.

Ketika Simeulue masih menjadi bagian dari Aceh Barat, telah ada peraturan wedana Tengku Rasyidin pada 1960-an yang mewajibkan pemuda yang akan menikah harus menanam minimal 25 pohon cengkeh. Apabila tidak dilakukan, maka pasangan itu tidak dinikahkan dan tidak mendapat surat nikah. Aturan itu sempat hilang akibat pemberlakukan monopoli harga cengkeh oleh Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang dipimpin Tommy Soeharto sejak 1992. “Harga cengkeh anjlok. Sebagian petani menebang dan membakar pohonnya,” kata Fawaz.

Pasca tsunami 2004, perkebunan cengkeh di Simeulue menggeliat kembali. Meskipun harga cengkeh di sana masih rendah berkisar Rp 20 ribu – Rp 26 ribu per kilogram. Padahal harga umumnya mencapai Rp 80 ribu - Rp 100 ribu per kilogram. Saat itu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang memborong semua cengkeh dari petani Simeulue dengan harga tinggi, Rp 100 ribu per kilogram. Kini harganya pun stabil menjadi Rp 80 ribu – Rp 120 ribu per kilogramnnya. Tak heran, Susi bak pahlawan di mata petani cengkeh Simeulue. Gerakan menanam cengkeh secara besara-besaran juga dilakukan di Aceh sejak lima tahun terakhir. Lantaran ada ancaman perebutan lahan oleh swasta untuk ditanami kelapa sawit dan pembangunan pabrik semen. “Agustus lalu, aturan keharusan calon pengantin menanam cengkeh juga diberlakukan kembali di Desa Air Pinang, Simeulue,” kata Fawaz. Baca: 69 Things to be Grateful About Being Single, Buku Para Lajang

Tanaman cengkeh adalah tanaman jangka panjang. Pohonnya akan mulai berbunga ketika usianya lima tahun dengan hasil 1 kilogram – 2 kilogram cengkeh. Usia ideal untuk berproduksi adalah 30 tahun karena mampu menghasilkan 30 kilogram – 80 kilogram cengkeh. Artinya  lahan seluas 700 hektare bisa menghasilkan 1,5 ton – 3 ton cengkeh. “Usia cengkeh bisa ratusan tahun. Sehingga bisa untuk menghidupi cucu sampai cicit,” kata petani cengkeh asal Bali, Komang Armada.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sembari menunggu pohon cengkeh berbunga, Komang dan petani cengkeh lainnya bisa memanen sayuran juga bunga yang ditanam secara tumpang sari bersama pohon cengkeh. Hal yang sama juga dilakukan petani cengkeh di daerah lain. Seperti di Simeulue, petani cengkeh menanam cengkeh di bukit, menanam sayuran di daratan, dan menjadi nelayan di lautan. Komang sendiri selain petani cengkeh, juga petani kopi, padi, bunga, dan jeruk. Baca: Buku Dunia Samin Karya Soesilo Toer Terbit, Ini Resensinya

Selain menceritakan kisah jatuh bangun petani cengkeh, konsultan bisnis media Kokok Herdhianto Dirgantoro menilai buku tersebut tidak mengulas tentang nilai tambah cengkeh selain untuk kretek dan strategi negara untuk hadir mengatasinya dari hulu hingga hilir. Apabila lahan terus bertambah, produksi cengkeh terus berlipat. Sayang selama ini cengkeh hanya terkonsentrasi untuk industri kretek, sehingga persediaan cengkeh melimpah, jadi perlu ada solusi mengatasinya. Di sisi lain, rempah-rempah seperti cengkeh, kayu manis, dan vanili dari Indonesia berada di peringkat pertama dunia, sedangkan lada di peringkat kedua setelah Vietnam, dan kapulaga di peringkat ke tiga dunia. “Ini bukan melulu urusan menteri pertanian. Tapi juga perindustrian dan perdagangan. Levelnya sudah menteri koordinasi. Tapi koordinasi itu barang mahal di Indonesia,” kritik Kokok.

Judul Buku: Menelisik Penghidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi
Penyunting: Nurhady Sirimorok
Peneliti Lapangan: Aditia Purnomo, A. Zulvan Kurniawan, Badrudin, Fawaz, Marlutfi Yoandinas, Petrus Seno Wibowo
Penerbit: Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK)
Cetakan: Pertama, 2017
Tebal: 151 Halaman

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PBB Luncurkan Buku Kisah Nyata Upaya Mencapai SDGs.

6 hari lalu

Kepala Perwakilan PBB di Indonesia Valerie Julliand (kanan) bersama Vivie Yulaswati Deputi Menteri di Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam BAPPENAS (kiri) menghadiri peluncuran buku
PBB Luncurkan Buku Kisah Nyata Upaya Mencapai SDGs.

PBB meluncurkan "Those Not Left Behind", buku berisi 22 kisah nyata tentang upaya mencapai SDGs.


7 Ide Bisnis Barang yang Laris di Bulan Ramadan

10 hari lalu

Apa saja bisnis barang yang laris di bulan Ramadan? Berikut ide bisnisnya yang berpeluang untung yang bisa dicoba. Mulai dari pakaian hingga buku. Foto: Canva
7 Ide Bisnis Barang yang Laris di Bulan Ramadan

Apa saja bisnis barang yang laris di bulan Ramadan? Berikut ide bisnisnya yang berpeluang untung yang bisa dicoba. Mulai dari pakaian hingga buku.


Perpustakaan Katedral Ikonik London Buka Pintu untuk Kutu Buku yang Ingin Menginap

20 hari lalu

St Paul's Cathedral London (Pixabay)
Perpustakaan Katedral Ikonik London Buka Pintu untuk Kutu Buku yang Ingin Menginap

Bagi yang ingin menginap di perpustakaan katedral London, Airbnb memasang tarif Rp140 ribu untuk satu malam. Syaratnya, tamu harus kutu buku.


5 Manfaat Membaca Buku Bacaan Literasi untuk Perkembangan Anak

25 hari lalu

Ilustrasi membaca buku. Dok. Zenius
5 Manfaat Membaca Buku Bacaan Literasi untuk Perkembangan Anak

Buku bacaan literasi memiliki beragam manfaat untuk perkembangan anak. Simak lima manfaat membaca buku jenis ini.


Paket Obat dan Buku untuk Pilot Susi Air yang Disandera KKB OPM Diantar Pakai Helikopter

41 hari lalu

TPNPB OPM merilis foto dan video kondisi terbaru Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens pada Rabu, 7 Februari 2024. Foto dan video itu dirilis tepat setahun sejak mereka menyadera sang pilot. Dok. TPNPB OPM
Paket Obat dan Buku untuk Pilot Susi Air yang Disandera KKB OPM Diantar Pakai Helikopter

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan mengatakan permintaan obat-obatan oleh Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens telah disampaikan.


Kapolda Papua Bilang Pilot Susi Air yang Disandera KKB OPM Minta Bantuan Obat Asma dan Buku

47 hari lalu

TPNPB OPM membantah soal informasi bahwa pihaknya akan membebaskan Philips pada 7 Februari 2024. Hingga kini, TPNPB-OPM masih menunggu sikap Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru yang belum berbicara dengan pihaknya. Dok. TPNPB OPM
Kapolda Papua Bilang Pilot Susi Air yang Disandera KKB OPM Minta Bantuan Obat Asma dan Buku

"Silakan saja bila ada pihak yang mau mengirimkan bantuan tersebut ke Phillip yang disandera sejak 7 Februari 2023," kata Kapolda Papua.


Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

27 Januari 2024

Sejumlah pegiat literasi membaca buku saat kampanye #RuangBacaJakarta didalam Kereta MRT, Jakarta, Minggu, 8 September 2019. Kampanye ini merupakan gerakan MRT Jakarta untuk mendorong minat baca dan dan menjadikan membaca bagian dari gaya hidup masyarakat kota. TEMPO/Muhammad Hidayat
Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

Selain menambah wawasan, membaca buku dapat membantu penurunan dalam kesehatan mental, seperti stres dan demensia.


Bamsoet Rilis Buku ke-32 Konstitusi Butuh Pintu DaruraT

15 Januari 2024

Bamsoet Rilis Buku ke-32 Konstitusi Butuh Pintu DaruraT

Bambang Soesatyo akan merilis buku terbaru berjudul 'Konstitusi Butuh Pintu Darurat: Urgensi Memulihkan Wewenang Subjektif Superlatif MPR RI'.


Kiat Klub Buku Dorong Minat Baca

7 Januari 2024

Sejumlah klub buku bikin program mengunjungi perpustakaan hingga membaca bersama di taman, plus diskusi hasil bacaan.
Kiat Klub Buku Dorong Minat Baca

Kisah klub-klub buku mendorong dan menguatkan minat baca.


Mahasiswa Beasiswa HEAT Luncurkan Buku soal Korea Selatan dan Indonesia

2 Januari 2024

Acara peluncuran dan diskusi buku
Mahasiswa Beasiswa HEAT Luncurkan Buku soal Korea Selatan dan Indonesia

Buku ini memperkenalkan kompilasi perspektif pada berbagai sektor seperti pendidikan, budaya, pertanian, dan kondisi kerja perempuan di Korea Selatan