TEMPO.CO, Jakarta - Olahraga memang sakti. James Blumenthal, seorang neuroscientist di Duke University, Amerika Serikat, yang mengkhususkan diri dalam penanganan depresi, membuktikan hal itu. Dia melakukan perbandingan penyembuhan depresi semata dengan obat dan yang dilakukan dengan olahraga.
Dari penyembuhan dengan jalan pengobatan, didapat hasil 83 pasien yang dinyatakan sembuh setelah 16 minggu menjalani pengobatan. Namun, enam bulan berselang, didapatkan hasil berikut:
1. Di kelompok obat saja, depresi 38 persen pasien kambuh.
2. Di kelompok latihan dan pengobatan, depresi 31 persen pasien kambuh.
3. Dalam kelompok latihan saja, hanya 8 persen pasien yang depresinya kambuh. Lebih dari 85 persen pasien dalam kelompok latihan tetap bebas depresi setelah enam bulan dengan sendirinya. Baca: Binatang Peliharaan Juga Bisa Depresi, Ini Tanda-tandanya
Sedangkan dengan melakukan olahraga hasilnya juga berbeda:
1. Efek positif terlihat pada kelompok usia, status kesehatan, ras, status sosial ekonomi, dan jenis kelamin.
2. Olahraga sama efektifnya dengan psikoterapi dalam mengurangi depresi.
3. Olahraga menghasilkan efek antidepresan besar saat program pelatihan minimal sembilan minggu.
4. Latihan aerobik dan anaerobik terkait dengan penurunan depresi.
5. Penurunan depresi mengikuti olahraga tidak bergantung pada tingkat kebugaran
SCIENCEDAILY | SCIENCEALERT