TEMPO.CO, Jakarta - Penulis di blog atau blogger Kalis Mardiasih menganggap, isu hater di media sosial membahayakan kesatuan bangsa. Sebab, warganet dengan mudah menggeneralisasi pendapat dan memberikan label yang sama atas sikap tertentu. Hal ini seolah-olah membawa bangsa kembali ke zaman kolonial.
Di zaman penjajahan, ada perbedaan kelas antara golongan masyarakat terhormat atau priayi dan budak. Perbedaan kelas itu, lanjut Kalis, dapat memicu terjadinya adu domba.
“Karena biasanya, identitas tunggal akan membuat manusia merasa jadi paling benar, merasa berbeda sekaligus membedakan golongan lainnya,” ujar Kalis.
Baca juga:
Sumpah Pemuda 2017, Youtuber Chandra Liow: Hoax Bikin Pecah Belah
Sumpah Pemuda 2017, Ini Musuh Pemuda Zaman Sekarang
Menurut Kalis, generalisasi yang terjadi di era ini dimulai ketika pemilihan presiden periode 2014-2019. Saat itu ada dua pasangan calon yang mendaftarkan diri, yakni Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Hal ini pun merembet dalam ajang pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017-2022.
Generalisasi itu misalnya, semua pendukung Joko Widodo dianggap sebagai musuh Prabowo Subianto. Sementara semua pendukung Basuki Tjahaja Purnama dicap sama, yakni penista agama.
Padahal, lanjut Kalis, setiap orang memiliki pandangan yang dinamis. Sikap masing-masing individu terbentuk dari perjalanan berpikir dan pengalaman yang kompleks.
“Manusia tetap sebuah entitas kompleks yang enggak bisa diukur sikapnya hanya dengan sebuah label,” jelas Kalis.
Kalis juga pernah merasakan pengalaman tak menyenangkan ketika berpendapat di media sosial. Ia harus rela kehilangan teman hingga dimusuhi sanak saudara karena mengutarakan pemikirannya di dunia maya. Baca juga: Remaja Rentan Dipengaruhi Lingkungan, Intip Solusi Psikolog
Dari pengalaman itu, Kalis memilih untuk mengendalikan diri dan tak menanggapi isu yang sedang ‘panas’. Ia memutuskan bekerja di balik layar dan menulis konten yang menyejukkan.
Saat ini, menurut Kalis, banyak anak muda yang mudah terbawa arus media sosial dan reaktif terhadap isu tertentu. Anak muda cenderung mengikuti apa yang menjadi mayoritas dan sedang tren.