TEMPO.CO, Jakarta - Di antara beberapa jenis kanker kulit, melanoma maligna atau sering disebut melanoma saja, adalah jenis yang paling mematikan. Insiden melanoma saat ini cukup tinggi terutama pada ras Kaukasian (kulit putih, rambut merah atau terang dan mata biru). Sinar ultraviolet terutama B dan C adalah penyebab utama kanker kulit.
Di Indonesia, melanoma memang bukan kanker kulit yang sering dijumpai. Data dari RS Kanker Dharmais, yang sudah terkonfirmasi ada 119 kasus yang terjadi di Indonesia antara 2005 hingga 2013. Namun karena edukasi dan pengetahuan masyarakat yang kurang, kebanyakan kasus terdiagnosis pada stadium lanjut, saat sudah menyebar ke organ lain.
Melanoma adalah sel kanker yang menyerang sel melanosit, yaitu sel pemberi warna kulit coklat atau kehitaman. Melanoma termasuk jenis kanker paling ganas karena sangat mudah menyebar ke berbagai organ tubuh lain seperti otak, liver. Semakin dalam lokasi melanoma, maka dia akan lebih mudah menyebar. Dokter Kulit dari RS Kanker Dharmais, Aida Sofiati Dachlan Hoemardani mengatakan melanoma dapat terjadi di bagian kulit manapun. Namun pada pria kebanyakan di badan dan pada wanita di tungkai bawah. Pada kulit berwarna, kebanyakan melanoma dimulai di telapak kaki. “Di telapak kaki, penyebabnya lebih karena ada trauma, dan bukan karena sinar UV,” kata Aida dalam diskusi “Terapi terbaru Melanoma” yang diselenggarakan MSD Indonesia di Jakarta, 30 Oktober 2017. Baca: Mau Terbebas dari Tumor Otak? Intip Pengalaman Wanita Ini
i kanker paling sering ditemukan. Aida menjelaskan pada stadium 1 dan 2 Melanoma masih dapat diobati, tetapi jika sudah masuk stadium 3 dan 4, kematian sangat tinggi. “Usia tersering pasien rata-rata di atas 50 tahun. Kematian lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan,” kata Aida.
Penyebab dan faktor risiko penyakit ini adalah paparan sinar ultra violet yang terdapat di sinar matahari, khususnya pukul 12.00-16.00 terus menerus. Ada pula faktor riwayat keluarga yang sudah mengalami kanker kulit melanoma ini, namun faktor riwayat keluarga jarang terjadi di Indonesia.
Kemudian paparan sinar matahari terus menerus di masa anak-anak, atau tanning (menghitamkan kulit). Pada masyarakat kulit putih, risiko penyakit kanker ini lebih tinggi karena jumlah sel melanositnya lebih sedikit.