TEMPO.CO, Jakarta - Suntik filler menjadi salah satu tren kecantikan di kalangan kaum hawa belakangan ini. Namun, masih banyak yang salah kaprah terkait suntik filler. Salah satunya, asumsi yang menyebut setelah menjalani suntik filler, pasien tidak boleh berolahraga lagi. Olahraga membuat hyaluronic acid (HA) yang diinjeksikan ke badan terkikis dan cepat habis. dr. Danu Mahandaru, SpBP-RE dari The Clinic Beautylosophy Jakarta meluruskan hal ini.
Baca juga: Bukan Alexis, Tempat Serupa pun Ada Banyak di Dunia
"Begini, saat Anda berolahraga metabolisme tubuh meningkat. Saat metabolisme tubuh meningkat, pencernaan terhadap HA juga meningkat. Ini mengurangi durasi filler yang sudah disuntikkan ke tubuh. Tapi ini berdasarkan expert opinion. Belum ada penelitian medis atau studi klinisnya. Kalau Anda melakukan filler lalu tidak mau olahraga, maka tujuan tindakan estetika Anda tidak tercapai," terang Danu kepada tabloidbintang.com.
Tujuan orang menempuh tindakan estetik seperti suntik filler adalah meningkatkan kualitas hidup. Kalau setelah suntik filler Anda tidak berolahraga, berarti kualitas hidup Anda menurun. Kalau olahraga benar dilarang, sauna tidak boleh, bagaimana Anda bisa memperbaiki kualitas hidup? Danu juga menyarankan, sebelum menjalani suntik filler sebaiknya tanyakan ke dokter, apakah filler tersebut akan teraba setelah diinjeksikan? Berapa lama ia bertahan dalam tubuh?
"Terakhir, tanyakan apa jenis filler-nya? Filler yang bagus, tidak teraba. Ia menyatu dengan tubuh. Harganya sekitar 5 sampai 7 juta rupiah. Keberhasilan sebuah tindakan, dalam hal ini suntik filler, dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, kualitas produk. Kedua, bisakah dokter mengeksekusi sesuai dengan permintaan pasien. Ketiga, komunikasi antara dokter dan pasien hingga mendapat di titik temu," terang Danu di Jakarta, pekan ini.