TEMPO.CO, Jakarta - Chief Technical Advisor dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Jakarta, Luuk Schoonman, mengkhawatirkan kemungkinan berkembangnya antimicrobial resistance (AMR) atau resistensi antimikroba dengan cepat dan menyebar ke penjuru dunia.
“Resistensi antimikroba adalah kemampuan sebuah mikroorganisme untuk bertahan hidup dan berkembangbiak,” kata Luuk saat media briefing di ruang rapat Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu, 8 November 2017.
Sebuah ulasan yang dilakukan oleh Lord Jim O’Neill bersama timnya memperkirakan, sebanyak 10 juta orang di dunia meninggal setiap tahunnya pada 2050. Hal itu bila laju AMR meningkat 40 persen dan tak ada respons global dari negara. Ulasan tersebut berjudul ‘Antimicrobial Resistance: Tackling a crisis for the health and wealth of nations’ yang terbit Desember 2014. Baca:Kahiyang Ayu Menikah, Hadirkah Para Mantan di Pernikahannya?
Dalam ulasan yang sama tercantum bahwa kematian warga di Asia karena AMR diperkirakan sebanyak 4,7 juta pada 2050.
Pendiri Yayasan Orang Tua Peduli (YOP), dr. Purnamawati Sujud, Sp. A(K), MMPed, menjelaskan AMR adalah bakteri yang tak dapat dimusnahkan dengan antibiotik. Artinya, bakteri resisten terhadap jenis antibiotik apa pun.
Bakteri dalam tubuh menjadi resisten lantaran masyarakat mengkonsumsi antibiotik yang sebenarnya tak diperlukan. Contohnya adalah pengobatan sakit batuk, pilek, dan diare tanpa darah yang menggunakan antibiotik. Padahal, lanjut Purnamawati, sakit yang disebabkan virus tak perlu disembuhkan dengan antibiotik.
Batuk, pilek, dan diare tanpa darah termasuk penyakit karena virus. Menurutnya, virus tidak dianggap sebagai makhluk hidup lantaran tak bisa berkembang biak secara mandiri. Sementara bakteri bisa semakin bertambah banyak. Baca:Mau Pesta Pernikahan Megah ala Song Joong Ki? Siapkan 2,4 M
“Karenanya, antibiotik tidak bisa membunuh virus, tapi bisa bunuh bakteri,” ujarnya.
Bakteri, menurut Purnamawati, dapat menyerang organ tubuh dan menyebabkan infeksi. Misalnya, infeksi paru-paru (pneumonia), infeksi pada selaput pelindung otak (meningtis), dan infeksi saluran kemih.
“Organ yang diserang bisa apa saja, tapi biasanya yang berat itu otak, paru-paru, dan sistem perkemihan,” katanya.