Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Raih PhD di Usia 27 Tahun, Intip Pola Asuh Orang Tuanya

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
peneliti perempuan pemenang penghargaan L'Oreal - UNESCO FOr Women in Science 2017/Tabloid Bintang
peneliti perempuan pemenang penghargaan L'Oreal - UNESCO FOr Women in Science 2017/Tabloid Bintang
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua tentunya ingin agar putra putri mereka berhasil dalam hal pendidikan. Sayang tidak banyak yang mengetahui langkah konkret apa yang harus ditempuh. "Memasukkan anak ke sekolah terbaik tidaklah cukup," kata salah satu peneliti perempuan pemenang penghargaan penelitian dari L'Oreal - UNESCO For Women in Science 2017, Retno Wahyu Nurhayati, di Kemenristek Dikti, Jakarta, Kamis 9 November 2017.

Wanita berusia 29 tahun ini menceritakan kisahnya. Retno mengaku meraih gelar PhD pada usia yang sangat muda, yakni 27 tahun. PhD adalah gelar yang diberikan kepada mereka yang berhasil menyelesaikan pendidikan strata 3 (doktoral atau sering disebut dengan ”S3” di Indonesia). PhD merupakan gelar internasional yang berupa singkatan dari Doctor of Philosophy.

Retno mengatakan prestasinya itu tidak lepas dari dukungan kedua orang tuanya dalam hal pendidikan, sejak usianya sangat kecil. "Jadi bapak dan ibu saya, tidak memberikan harta, tapi bisa ngasih pendidikan yang baik," buka Retno, gadis kelahiran Sragen, Jawa Tengah, tahun 1988. "Kita itu tiap pulang sekolah bukannya ditanya tadi kamu main sama siapa, tapi ditanya ada PR enggak? Ada yang bisa dibantu gak?" lanjutnya. Baca:
Kasus Dokter Letty, ini Gejala Hubungan Suami-Istri Bermasalah

Dan setiap kali Retno serta empat orang adiknya butuh belajar fokus, misalnya saat akan menghadapi ujian, situasi di rumah dipastikan kondusif. "Pasti mengondisikan biar kita bisa belajar. Dibeliin makanan yang bergizi, suka ditanya ada kesulitan enggak, dibantuin bikin soal atau tanya jawab. Jadi sangat mendukung dalam hal pendidikan," kata Retno yang menyelesaikan pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor.

Setelah sang ayah meninggal saat dirinya masih duduk di bangku SMP, otomatis ibunya yang berprofesi guru menjadi satu - satunya pendukung dalam hal pendidikan. Tidak hanya berhasil menghantarkan Retno meraih gelar PhD di Jepang, tapi juga memasukkan keempat adik Retno ke bangku perguruan tinggi. "Adik - adik sudah kuliah semua," kata Retno yang membebaskan cita - cita adiknya. "Tapi terserah mereka mau jadi apa, tidak harus jadi peneliti." Baca: Alkohol Picu Kanker Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan, dan Hati

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Retno melakukan penelitian tentang sel punca yang disebut-sebut sebagai masa depan penyembuhan tubuh. Selama ini kebutuhan sel punca untuk medis sangat tinggi. Sayangnya masih sulit mendapatkan donor sel punca karena jumlahnya terbatas. Dalam penggunaannya pun, sel punca membutuhkan protein supaya sesuai dengan tubuh penerima.

Untuk itulah, mantan asisten profesor di Universitas Osaka, Jepang ini, akan membuat semacam ’packaging’ di dalam tubuh untuk membantu proses penerimaan protein agar tak bertolak belakang. Dengan cara ini sel-sel protein mudah masuk ke dalam tubuh sehingga dosis sel yang ditransplantasikan turun.

TABLOID BINTANG

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

1 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

2 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

2 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


8 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Membeli Kulkas

3 hari lalu

Ilustrasi isi kulkas. shutterstock.com
8 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Membeli Kulkas

Berikut deretan hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk membeli kulkas.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

5 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

7 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Penerbit menyebut laporan penelitian situs Gunung Padang yang dibuat Danny Hilman dkk mengandung kekeliruan besar, terkait penanggalan karbon.


6 Tips Memberi Tahu Anak soal Masalah Keluarga

9 hari lalu

Ilustrasi Ibu dan Anak. Sumber: Getty/mirror.co.uk
6 Tips Memberi Tahu Anak soal Masalah Keluarga

Ketika ada masalah keluarga, penting bagi orang tua untuk memberitahu anak dengan cara yang baik dan sesuai usianya.


Program Mudik Gratis PLN Bisa Berangkat Satu Keluarga, Simak Cara Daftarnya

11 hari lalu

Sejumlah pemudik menunggu bus dalam acara Mudik Bareng PLN di Jakarta Selatan, 8 Juni 2018. Menyambut Idul Fitri 1439 Hijriah, PLN menyediakan 100 bus gratis bagi 5.300 orang untuk mudik ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Tempo/Fakhri Hermansyah
Program Mudik Gratis PLN Bisa Berangkat Satu Keluarga, Simak Cara Daftarnya

Program mudik gratis PLN digelar sejak Sabtu, 16 Maret 2024.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

11 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Motif Satu Keluarga Lompat dari Apartemen Teluk Intan Masih Teka-Teki, Polisi Belum Mau Buka ke Publik

15 hari lalu

Tempat kejadian bunuh diri empat orang sekeluarga yang melompat dari atas apartemen Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, pada Sabtu sore, 9 Maret 2024. TEMPO/Ihsan Reliubun
Motif Satu Keluarga Lompat dari Apartemen Teluk Intan Masih Teka-Teki, Polisi Belum Mau Buka ke Publik

Hingga kini motif satu keluarga melompat dari Apartemen Teluk Intan Penjaringan masih jadi teka teki. Polisi belum membuka ke publik.