TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Bengkulu membagikan seribu cangkir kopi Bengkulu dalam car free day di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad, 26 November 2017, dalam acara Semarak Kopi Bengkulu. Pelaksana Harian Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan ajang ini sebagai perkenalan kopi Bengkulu oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, khususnya kepada masyarakat Ibu Kota. "Kopi Bengkulu belum banyak dikenal masyarakat, padahal kualitasnya bagus," kata Rohidin di sela acara.
Rohidin mengatakan saat ini kopi Bengkulu masih didominasi varian kopi Robusta yang memiliki cita rasa khas yang memberikan kenikmatan tersendiri bagi penggemar kopi. Kopi Robusta Bengkulu juga merupakan varian unggulan hingga pernah masuk menjadi peringkat kelima di pusat penelitian kopi nasional.
Sayang, kopi Bengkulu masih terkendala dengan angka produksi yang belum maksimal, yaitu hanya 80 ribu ton per tahun. "Angka ini tentu saja belum maksimal jika dibandingkan dengan permintaan yang ada," katanya.
Baca: 6 Jurus Sukses Memotret Momentum Olahraga
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Irfan Anwar mengungkapkan bahwa saat ini total produksi secara nasional mencapai angka 650 ton. Salah satu penghasil terbesar di Sumatera setelah Lampung dan Sumatera Selatan, yakni Bengkulu. Bengkulu ikut berperan menyumbang sekitar 70 persen dari total produksi kopi Robusta Indonesia.
Pada 2016, kopi Robusta dari Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, berhasil masuk ke jajaran kopi terbaik Indonesia melalui kontes Indonesia Cupping Competition yang digelar AEKI bersama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jakarta. Saat itu kopi Robusta Kepahiang, Bengkulu, terpilih masuk 15 besar kopi terbaik Indonesia dari 12 negara. "Kopi Bengkulu ini berhasil masuk kategori outstanding pada sweetness, clean up, acidity, aftertaste, dan overall," kata Irfan.
Baca: Tradisional Mandailing, Jadi Gaya Busana Para Tamu Kahiyang Ayu
Selain membagikan kopi Bengkulu, pemerintah daerah Bengkulu juga membagikan Sirup Kalamansi. Sirup itu diolah dari jeruk Kalamansi yang telah lama menjadi buah tangan khas Bengkulu. Budi daya jeruk Kalamansi ini diawali dengan pencanangan gerakan "Satu Desa Satu Produk" yang diinisiasi wakil presiden terdahulu, Boediono, pada 2009. Sejak itu, jeruk Kalamansi yang berbau harum dan memiliki rasa asam ini menjadi produk unggulan di Bengkulu karena tingginya daya jual dan cepatnya masa produksi buah, yakni enam bulan setelah masa tanam. "Kami optimistis kopi Bengkulu dapat diterima dengan baik dan mampu bersaing hingga ke tingkat dunia.