TEMPO.CO, Jakarta - Sejak ada media sosial, orang dengan mudahnya memamerkan emosi mereka di media sosial. Tidak jarang beberapa tindakan mereka akhirnya mendapat banyak komentar dari warganet yang menyaksikan 'drama' gratis yang disuguhkan.
Psikolog Rose Mini Agoes Salim mengatakan orang yang suka mengumbar emosi mereka di media sosial biasanya memiliki masalah dalam hal komunikasi. Menurutnya tidak pantas bila orang harus memamerkan masalah pribadinya seperti saat marah kepada anak, atau kecewa terhadap pasangan dan mengungkapkannya di media sosial. "Tidak semua harus disampaikan di media sosial, masalahnya akan menjadi lebih besar," katanya saat dihubungi Selasa 5 Desember 2017. Baca: Susu Turunkan Risiko Diabetes? Simak Kata Ahli Gizi
Sebelumnya, pengacara Sunan Kalijaga memarahi anak dan menantunya melalui media sosial. Melalui akun pribadinya, @sunan_kalijagash, Sunan Kalijaga memarahi anak dan menantunya yang sudah tidak pulang selama tiga pekan. Sunan mengatakan ia berkomunikasi lewat instagram karena anak dan menantunya itu tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan dia sebagai orang tua. "@sunan_kalijagash : "KALIAN MAU PULANG UNTUK MENYELESAIKAN INI SEMUA ATAU MAU SAYA ANGGAP KALIAN SUDAH TIDAK PERLU BIMBINGAN ORANGTUA..." tulisnya.
Ia pun menegur sang menantu bahwa anaknya sudah dipercayakan kepada si menantu. "@sunan_kalijagash : "@taqy_malik SAYA PERCAYAKAN ANAK SAYA PADA KAMU UNTUK KAMU BIMBING....." "@sunan_kalijagash : "@salmafinasunan @taqy_malik JARAK DAN WAKTU YANG MEMISAHKAN KALIAN NAMUN SEBAIKNYA KALIAN JANGAN TERPROVOKASI DENGAN NETIZEN YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB YANG MENGINGINKAN KALIAN HANCUR DAN MEREKA BERTEPUK TANGAN...." Sayang tulisan berisi amarah yang berlatar menara Pisa Italia itu telah dihapus oleh pemilik akun. Baca:
Menurut Rose Mini, ada baiknya menyelesaikan masalah yang bersifat pribadi dengan cara yang juga lebih intim. Hal itu berlaku bagi hubungan orang tua - anak atau antara pasangan. "Dengan menyampaikan langsung masalahnya, maka masalah itu bisa didiskusikan dan akhirnya menemukan jalan keluar. Bila ditampilkan di media sosial, nanti justru tambah runyam karena publik akan ikut berkomentar dan ikut campur," katanya. Baca: 8 Jurus Jaga Mood dan Tetap Semangat Jalani Hari
Rose Mini menyarankan untuk mendiskusikan masalah itu melalui telepon. Bila tidak bisa diselesaikan melalui sambungan telepon, bisa pula dengan cara mendatangi dan mengatakan maksudnya secara langsung demi penyelesaian masalah. "Bila tidak juga bisa ditemui, bisa juga dengan berkirim surat," katanya.
Menyelesaikan masalah melalui surat pernah dilakukan Rose Mini. Saat itu Rose Mini ingin menyelesaikan masalah kebiasaan anaknya yang termasuk pilih-pilih makanan dan sulit makan. Suatu hari, Rose Mini menyelipkan kartu ucapan di bekal yang dibawa si anak. "Dalam surat itu, saya tulis 'Nak, dihabiskan ya. Ini yang buat ibu lho, coba bayangkan capeknya membuat makanan ini," kata Rose Mini. Dengan memberikan surat singkat itu, maka sang anak pun berusaha untuk menyelesaikan makanannya. Baca: Kasus Sunan Kalijaga, Dampak Marah pada Anak di Media Sosial
Berkomunikasi atau menegur kesalahan pada konflik antar pasangan melalui surat pun sempat menjadi tren saat zaman dahulu. Rose Mini menilai hal itu bisa dicontoh kembali oleh generasi milenial. Sang istri bisa menuliskan keluh kesahnya di sebuah surat lalu menyelipkannya di kantung jas sang suami. “Menyelesaikan masalah model ini sangat manis. Sang suami pasti juga akan merasa senang dan yang terpenting, komunikasi untuk menyelesaikan masalah pun dilakukan. Sehingga mereka bisa mendapatkan jalan keluar terbaik,” kata Rose Mini.