TEMPO.CO, Jakarta - Kesadaran Masyarakat Indonesia terhadap pentingnya literasi keuangan saat ini masih rendah. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru sebesar 29,66 persen. Rendahnya literasi keuangan pun dimiliki oleh para generasi milenial yang dikenal cenderung konsumtif dan tidak memiliki manajemen keuangan yang baik.
Director & Chief Agency Officer PT Asuransi Jiwa Sequis Life, Edisjah mengatakan generasi muda ini nantinya akan menjadi penerus bangsa dan menjadi pelaku roda perekonomian Indonesia. "Oleh sebab itu, sebaiknya sejak dini mereka diberikan pemahaman mengenai literasi keuangan, seperti melengkapi diri dengan proteksi asuransi dan investasi sebagai modal dalam membangun hari esok yang lebih baik untuk dirinya, keluarga serta perekonomian Indonesia,” katanya di Energy Building, Jakarta, Rabu 6 Desember 2017. Baca: Wanita Cenderung Selingkuh di Usia Pernikahan 6 Tahun, Pria?
Director PT Sequis Aset Manajemen, Poniman mengatakan istilah investasi sendiri masih dianggap berat dan tabu bagi sebagian generasi milenial. Kebanyakan anak muda cenderung berpikir bahwa berinvestasi membutuhkan dana yang besar, mahal. Investasi hanya bisa dilakukan orang-orang tertentu saja. Padahal, investasi adalah salah satu proteksi keuangan yang bisa dilakukan siapa saja dan dapat dimulai dengan dana yang tidak besar. "Berinvestasi reksa dana di Sequis, dapat dimulai dengan dana yang lebih murah dibanding segelas kopi di kedai modern di Mall,” kata Poniman.
Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1981-2000 atau berumur 17-36 tahun di tahun 2017. Berdasarkan data hasil proyeksi penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS), populasi penduduk Indonesia tahun 2017 didominasi oleh kelompok umur produktif yakni usia 15-39 tahun dengan jumlah sekitar 84,75 juta dari total penduduk Indonesia yang sejumlah 258 juta. Baca: Kasus Sunan Kalijaga, Dampak Marah pada Anak di Media Sosial
Artinya sekitar 32 persen penduduk Indonesia kini didominasi oleh generasi milenial. Masalah finansial akan dihadapi generasi milenial 5-10 tahun ke depan. "Beberapa masalah yang kemungkinan akan terjadi adalah pengeluaran lebih besar dari pendapatan, pinjaman yang bertambah, dan tidak dapat memiliki tempat tinggal karena pendapatan dan biaya cicilan rumah yang tidak seimbang,” kata Poniman.
Sequis berupaya membuka cara pandang generasi milenial akan adanya faktor risiko di dalam fase kehidupan yang sebaiknya diantisipasi sejak awal guna memastikan hari esok yang lebih baik. Senior Busines Development Manager PT Asuransi Jiwa Sequis Life, Yan Ardhianto Handoyo mengatakan generasi milenial perlu diingatkan bahwa adanya siklus kehidupan yaitu lahir, usia non produktif, usia produktif lalu kembali lagi ke usia non produktif atau usia pensiun. Baca: Basa - Basi, Bisa Cairkan Suasana dan Penting untuk ini
Pada masa itu, ada beberapa risiko kehidupan seperti pengeluaran tak terduga untuk biaya kesehatan, perbaikan kendaraan, dan risiko keuangan seperti inflasi. "Kehilangan pekerjaan serta gaya hidup masa kini menjadi tantangan tersendiri dalam mengelola perencanaan keuangan jangka panjang, “kata Yan Ardhianto.
Yan menyarankan agar generasi milenial mulai membagi pengeluarannya melalui sistem ini. 10 persen penghasilannya digunakan untuk donasi dan beramal. 20 persen pengeluaran digunakan untuk membeli asuransi yang bersifat investasi. Hal ini bisa berupa asuransi kesehatan atau asuransi pendidikan. Baca: Susu Turunkan Risiko Diabetes? Simak Kata Ahli Gizi
30 persen penghasilan lainnya bisa digunakan untuk hutang yang positif. Hutang positif salah satu contohnya adalah mencicil kredit perumahan rakyat "40 persen lainnya baru digunakan untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.