TEMPO.CO, Jakarta - Kesepian bukan sekadar tentang kondisi yang sedang sendirian, sebab di tengah keramaian pun seseorang bisa merasakan kesepian. Sendirian tidak identik dengan kesepian, karena faktanya banyak yang merasa bahagia ketika sedang sendiri.
Tapi di sisi lain, seperti disebutkan dalam Psychologytoday, bahwa teman identik dengan makanan. Kita membutuhkannya untuk bertahan hidup. Psikolog menemukan bahwa manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk dimasukkan ke kehidupan kelompok dan untuk hubungan yang dekat. Manusia adalah makhluk sosial.
Baca: Heboh Martabak, Netizen Indonesia dan Malaysia Ramai di Medsos
John Cacioppo, psikolog dari University of Chicago, telah melacak efek kesepian. Dia melakukan serangkaian penelitian baru dan melaporkan bahwa kesepian punya cara mengejutkan untuk membahayakan kesehatan. Paling tidak, dalam surveinya, Cacioppo menemukan fakta seorang dokter yang mengaku bahwa mereka memberikan perawatan medis yang lebih baik atau lebih lengkap kepada pasien yang memiliki keluarga pendukung dan tidak terisolasi secara sosial.
Fakta lainnya adalah sebagai berikut ini:
1. Hidup sendiri meningkatkan risiko bunuh diri untuk anak muda juga usia lanjut.
2. Individu yang kesepian dilaporkan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi bahkan ketika terkena stresor yang sama dengan orang yang tidak kesepian, dan bahkan saat mereka sedang santai.
3. Kesepian meningkatkan kadar hormon stres dan kadar tekanan darah di dalam tubuh. Ini merusak regulasi sistem peredaran darah sehingga otot jantung bekerja lebih keras dan pembuluh darah terkena kerusakan akibat turbulensi aliran darah.
4. Kesepian merusak kualitas dan efisiensi tidur, sehingga kurang restoratif, baik secara fisik maupun psikologis. Mereka bangun lebih banyak di malam hari dan menghabiskan lebih sedikit waktu di tempat tidur, tempat di mana seharusnya seseorang bisa beristirahat dengan baik.
5. Kesepian dapat membuat seseorang mulai merasakan hal buruk tentang kehidupan dan menjadi depresi. Gejala yang muncul ketika depresi, di antaranya tak memiliki harapan, tidak tertarik dengan sesuatu yang biasanya dinikmati, energi rendah, mengalami masalah tidur, dan nafsu makan berubah. Bila gejala-gejala itu menghantui dalam beberapa atau lebih dari dua minggu, segera cari pertolongan kepada ke dokter.
Baca juga: Efek Cinta? Rela Operasi Plastik 30 Kali demi Pujian dari Si Dia
6. Berat badan mungkin bertambah ketika kesepian. Sebab, makanan yang dikonsumsi lebih banyak dari biasanya, mengkonsumsi makanan tak sehat untuk menenangkan diri, atau berhenti olahraga.
Hal ini bisa memunculkan perasaan buruk terhadap diri sendiri. Selain itu, berpotensi menyebabkan diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Oleh karenanya, bila berat badan meningkat, cek kembali kondisi emosional saat ini.
7. Tak menutup kemungkinan bila kesepian memicu seseorang mengkonsumsi narkoba atau alkohol. Dampak narkoba dan alkohol mungkin memberikan kesan palsu untuk merasa lebih baik. Padahal, perasaan yang muncul tak bertahan lama. Bila dilakukan terus-menerus akan merusak tubuh, keluarga, kehidupan kerja, dan hubungan.
8. Setiap orang memiliki pandangan berbeda ihwal meluangkan waktu untuk diri sendiri. Seseorang bisa saja membutuhkan waktu lebih lama untuk mengisi energi dibandingkan dengan orang lain yang ekstrover. Hal itu normal dan menyehatkan.
Hal yang bisa jadi masalah ketika seseorang merasa ingin memutus hubungan dengan sesama bila terlalu berlebihan meluangkan waktu untuk diri sendiri. Namun, bisa juga terjadi karena faktor lain, seperti tak peduli dengan orang sekitar.
Baca juga: Ada Model Ganteng di Klip Video Anggun C. Sasmi, Siapa Dia?
9. Menghindari efek negatif kesepian, mulailah melakukan aksi untuk membangun koneksi. Caranya dengan bergabung dalam komunitas tertentu yang memiliki ketertarikan serupa. Buat juga rencana bersama teman dan keluarga, utarakan apa yang sedang dirasakan. Jika merasa sulit membangun koneksi, mengutarakan perasaan kepada ahli terapi bisa membantu.
WEBMD | PSYCHOLOGYTODAY | LANIDIANA | SDJ