Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penyakit Difteri Pernah Hilang di Indonesia, Mengapa Muncul lagi?

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi vaksin difteri. shutterstock.com
Ilustrasi vaksin difteri. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mewabahnya kembali penyakit kuno yang selama beberapa tahun sudah tidak pernah terjadi lagi di Indonesia, yakni difteri membuat cemas berbagai kalangan karena penyakit tersebut sangat mudah menular. Pemerintah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) pada kasus difteri tersebut dengan ditemukannya 593 kasus dan 32 kasus di antaranya meninggal dunia. Kasus-kasus difteri bermunculan sepanjang tahun 2017 dan merebak ke 95 kabupaten-kota pada 20 provinsi.

Difteri merupakan penyakit sangat menular yang disebabkan oleh kuman "corynebacterium diptheriae". Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam yang tidak begitu tinggi, sekitar 38 derajat celcius, munculnya "pseudomembran" atau selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, sakit waktu menelan, tenggorokan terasa sakit, serta suara serak. Baca: Kesepian, Sehat atau Berbahaya? Simak 9 Faktanya

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Muhammad Subuh mengungkapkan bahwa dari 593 kasus yang ada penyakit difteri terjadi sepanjang tahun tampak tergantung musim. Selain itu, bakteri "corynebacterium diptheriae" juga tidak mengenal usia saat menginfeksi seseorang. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan difteri menyerang pada yang paling muda berusia 3,5 tahun dan tertua 45 tahun.

Lalu kenapa penyakit difteri yang pernah hilang dari Indonesia kembali muncul lagi? Salah satu faktor utamanya ialah kekebalan tubuh penduduk di suatu wilayah yang menurun. Terjadi kesenjangan kekebalan tubuh terhadap penyakit difteri pada suatu kelompok sehingga bakteri mudah menyerang. Salah satu pencegahan utama untuk penyakit difteri ialah dengan imunisasi.

Pemerintah Indonesia telah berhasil mengeliminasi penyakit difteri dari Tanah Air pada 1990 di mana program imunisasi ramai digalakkan pemerintah, termasuk imunisasi difteri yang diberikan pada bayi baru lahir. Namun penyakit difteri kembali muncul pada tahun 2009, dan secara bertahap jumlahnya meningkat dalam beberapa tahun hingga yang terjadi pada saat ini. Baca: 4 Cara Ampuh Agar Kondisi Mental Tetap Asyik

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan mengatakan faktor yang menyebabkan difteri kembali muncul dan mewabah di Indonesia ialah menurunnya imunitas suatu kelompok yang diakibatkan dari beberapa hal. Beberapa hal tersebut antara lain adanya program imunisasi yang tidak lengkap, program imunisasi yang tak tercapai sempurna, adanya gerakan antivaksin di masyarakat, tidak adanya pelaksanaan vaksin tiap kurun waktu 10 tahun, dan kesadaran masyarakat yang sangat kurang tentang bahaya penyakit difteri.

"Ini penyakit yang sudah sangat lama, tapi banyak orang tidak paham penyakit ini sangat berbahaya, menimbulkan kematian, dan bisa menyebabkan wabah," kata Aman. Baca: Prahara Perselingkuhan, Boleh Saja Curhat kepada Anak, Asal?

Difteri bisa efektif dicegah dengan vaksin apabila capaian imunisasi mencakup 95 persen dari yang ditargetkan. Ketika cakupan imunisasi mencapai 95 persen maka akan terbentuk kekebalan kelompok di mana bakteri tidak bisa berkembang. Secara otomatis, 5 persen yang tidak divaksin akan terlindungi dari 95 persen penduduk yang imun terhadap difteri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebaliknya saat cakupan dari kekebalan kelompok itu menurun, di situlah bakteri penyebab penyakit difteri bisa menyerang, termasuk kepada orang-orang yang sudah divaksin.

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan dari 593 kasus difteri yang terjadi pada 2017 sebanyak 66 persen di antaranya tidak divaksinasi, sementara 31 persen lainnya terkena difteri karena imunisasinya tidak lengkap. Baca: Denim, Trennya Tak Pernah Mati, Intip Sejarahnya

Pemerintah akan menyelenggarakan program Imunisasi Tanggap Kejadian Luar Biasa (ORI) untuk menangani wabahnya penyakit difteri pada Senin 11 Desember 2017 serentak di 12 kabupaten-kota pada Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, dan Provinsi DKI Jakarta. Kabupaten-kota tersebut antara lain Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Utara, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan.

Alasan dipilihnya wilayah-wilayah tersebut dikarenakan jumlah kepadatan penduduknya yang dikhawatirkan bisa menyebarkan penyakit difteri. Di samping itu, tiga provinsi tersebut merupakan salah satu kasus yang Imunisasi ditargetkan pada anak usia satu tahun hingga di bawah lima tahun dengan vaksin DPT-HB-Hib, anak usia lima tahun hingga di bawah tujuh tahun dengan vaksin DT, dan anak usia tujuh tahun hingga di bawah 19 tahun dengan vaksin Td.

Pelaksanaan ORI tersebut akan dilakukan tiga kali mulai 11 Desember 2017, diulangi satu bulan setelahnya pada 11 Januari 2018, dan diulangi kembali pada enam bulan setelahnya. Subuh berharap masyarakat memahami pentingnya pelaksanaan imunisasi tanggap KLB difteri dan tidak menolak untuk memberikan vaksin kepada anaknya guna mencegah penyakit berbahaya. "Kami berharap sudah tidak ada lagi penolakan ORI dari masyarakat", kata Subuh. Baca: Fase Posesif pada Anak, Begini Menghadapinya

Masyarakat harus meningkatkan kesadaran bahwa penyakit difteri sangat mudah menular, bisa menyerang siapa saja, bisa menimbulkan kematian, dan bisa mewabah dengan menularkan pada orang lain serta membahayakan nyawa orang lain. Dan langkah pencegahan paling efektif untuk menangkal terjadinya penularan penyakit difteri ialah dengan imunisasi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

16 jam lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

22 jam lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

4 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

8 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.


7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

9 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.


Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

15 hari lalu

Menu sambal goreng hati sapi. shutterstock.com
Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

16 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Bawa Balita saat Mudik? Perhatian Tips Ini Demi Kesehatannya

18 hari lalu

Ilustrasi balita mudik. shutterstock.com
Bawa Balita saat Mudik? Perhatian Tips Ini Demi Kesehatannya

Pakar kesehatan mengingatkan orang tua untuk memperhatikan daya tahan tubuh balita saat mudik mengingat kondisi cuaca yang sedang tak baik.


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

18 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).