TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh mengatakan rumah sakit tidak usah khawatir dengan kelangkaan Anti Difteri Serum (ADS) sebagai obat anti difteri. ADS akan diberikan pada penderita difteri dengan bentukan pseudomembran (lapisan putih) pada mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.
“Jadi rumah sakit tidak usah khawatir, tapi tetap sesuai standar operasional prosedur penanganan kasus difteri tetap dilakukan dan melaporkan. Cara yang paling gampang kita punya whatsapp langsung difoto penyakit difteri, jika ada membran putih di tenggorokan kemudian kita berikan ADS,” kata Subuh di Jakarta dalam siaran persnya Ahad 10 Desember 2017. Baca: Prahara Perselingkuhan, Boleh Saja Curhat kepada Anak, Asal?
Begitu ditemukan difteri secara klinis harus dipastikan itu positif difteri. Maka obat yang paling efektif adalah ADS. Mengingat produksi ADS langka, Kementerian Kesehatan menyimpan stok ADS yang sampai saat ini sebanyak 1000 dosis.
“ADS waktu kadaluarsanya hanya sebentar, sehingga ini benar-benar harus kita gunakan dengan efektif. Saya selalu berkomunikasi dengan profesi, dokter anak, dokter spesialis penyakit dalam bisa menegakkan diagnosis ini (difteri) secara tepat kerena obatnya terbatas sekali,” kata Subuh.
Selain itu, Subuh mengaku sudah berkomunikasi dengan Badan Kesehatan Dunia di India dan Geneva untuk membantu dalam hal mencari obat difteri. “Saya sudah berkomunikasi dengan mereka dan mereka sudah merespon akan menyiapkan yang Indonesia perlukan,” tambah Subuh.
Baca Juga:
ADS lebih berperan untuk menurunkan membran putih, biasanya dalam waktu 3 sampai 5 hari bisa turun. Selain ADS, perlu antibiotik terutama bagi orang yang dekat dengan penderita. Baca: Anak Berebut Hak Milik, Orang Tua Perlu Ajarkan Aturan Ini
Bakteri penyebab difteri dikeluarkan melalui cairan mulut, dengan batuk atau bersin. Bahkan bernapas saja kemungkinan penularannya tinggi. Difteri dikategorikan sebagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. “Jadi kata kuncinya penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi. Tolong masyarakat mengerti dan kita mengerti semua. Jadi untuk pencegahan tidak ada kata lain harus imunisasi,” tegas Subuh.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi, kata Subuh, pertama harus melakukan penguatan terhadap program imunisasi rutin yang sudah berjalan selama 40 tahun.
Kedua, dengan kejadian difteri di beberapa provinsi, maka harus dilakukan Outbreak Response Imminization (ORI). Respon imunisasi diberikan karena adanya Kejadian Luar Biasa dan dalam waktu dekat ini akan dilakukan di 12 kabupaten-kota di 3 provinsi, yakni Banten (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan), DKI Jakarta (Jakarta Utara dan Jakarta Barat), dan Jawa Barat (Purwakarta, Karawang, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi) dengan sasaran 7,9 juta anak yang akan dimulai pada Senin 11 Desember 2017. Baca: Charlie Puth Mau Jual Rumahnya di Hollywood, Intip Kemewahannya
“Sasarannya anak usia 1 – 18 tahun diberikan secara gratis. Untuk usia di atas 18 tahun, saat ini kami mohon maaf dari pemerintah belum bisa memberikan gratis, bisa swadaya sendiri,” kata Subuh.