TEMPO.CO, Jakarta - Anto Nugraha tertegun ketika melihat gambar Ketua DPR Setya Novanto di Instagram. Dalam keterangan gambar yang dikirim Andreas Prasadjati, dokter di klinik tidur Rumah Sakit Mitra Kemayoran tertulis 'Setya menggunakan masker nasal yang biasanya terhubung dengan continuous positive airway pressure (CPAP), alat bantu untuk mengatasi sleep apnea alias henti napas saat tidur. Salah satu tanda sleep apnea adalah mendengkur.' "Waduh, saya juga ngorok," kata Anto, 34 Tahun Sabtu dua pekan lalu.
Kekhawatiran ini membawa Anto mendatangi Andreas pada akhir November lalu. Hasil pemeriksaan dengan alat pemeriksaan tidur membuatnya tercengang. Dalam sejam, Anto bisa berhenti napas 57 kali-normalnya maksimal hanya 5 kali. Itu artinya hampir tiap menit napasnya berhenti. Durasi henti napasnya paling panjang 52 detik. "Pantas, saya sudah nambah jam tidur pun badan tetap enggak segar," ujarnya. Baca: Malas Bersihkan Riasan Wajah, Awas Infeksi Mata dan 4 Dampak lain
Perkara tidur banyak diperbincangkan setelah gambar Setya Novanto yang tengah terbaring sakit tersebar luas. Ia makin menjadi sorotan saat tepergok tidur sewaktu mengikuti rapat paripurna di DPR dan dalam acara pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu, awal November lalu. Setya, yang menjadi tersangka kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik, bahkan tertidur saat diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi. "Tiap ngomong dua menit ketiduran, lha terus bagaimana?" kata Fredrich Yunadi, yang kala itu masih menjadi pengacara Setya, pertengahan November lalu.
Penderita gangguan tidur ini cukup banyak. Penelitian Indonesian Society of Sleep Medicine pada 2016 di Ibu Kota mencatat satu dari lima warga Jakarta menderita sleep apnea. Hasil ini tak berbeda jauh dengan data negara-negara Asia seperti Singapura,Malaysia, Taiwan, dan Jepang.
Ketika Perempuan Mendengkur
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang ditandai oleh henti napas atau periode napas dangkal saat tidur. Gangguan ini bisa terjadi beberapa detik hingga beberapa menit dan berulang kali. "Umumnya gangguan ini menyertai dengkuran keras," ujar dokter Klinik Memori dan Gangguan Tidur Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Yogyakarta, Astuti. Baca: Lima Jurus Memilih Busana Wawancara Kerja
Ada tiga bentuk sleep apnea: obstructive sleep apnea (OSA), central sleep apnea, dan sleep apnea kombinasi, yang bentuknya gabungan dari keduanya. Dari tiga bentuk ini, OSA-lah yang paling banyak diderita, yakni 85 persen dari total penderita.
Astuti mengatakan OSA terjadi akibat tonus alias kontraksi otot tubuh menurun saat tidur, termasuk otot jalan napas. Penurunan ini membuat dinding jalan napas yang tersusun atas jaringan lunak kolaps. Akibatnya, napas jadi tersumbat. Gejala yang umum dikeluhkan adalah dengkuran keras, tidur gelisah, dan kantuk berlebih pada siang hari."Orang lanjut usia, laki-laki, orang dengan berat badan berlebih, perokok, dan penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami obstructive sleep apnea," ucap dokter spesialis saraf tersebut. Baca: Busana Jadi Faktor Kecelakaan Bagi Pengendara
Kebanyakan penderita OSA mendengkur. Tapi tak semua orang yang mendengkur pasti menderita OSA. Kerasnya dengkuran pun bukan indikator keparahan. Justru saking parahnya sumbatan napas, suara dengkuran bisa tak keluar. Tanda yang paling meyakinkan bahwa sedang terjadi sleep apnea adalah ketika dengkuran berhenti.
Andreas mengatakan, pada orang yang mengorok, di antara suara dengkuran, tiba-tiba penderita bisa terdiam beberapa detik. Tapi kemudian, dengan mata yang masih terpejam dan mulut terbuka, ia seperti tergagap-gagap mencari tambahan udara. Berikutnya akan muncul suara seperti tersedak atau bahkan terbatuk-batuk. Lalu dia akan mendengkur lagi dengan normal.
Mendengkur
Saat terdiam inilah sebenarnya orang yang mendengkur mengalami henti napas. Biasanya proses terdiam-tersedak ini berlangsung berulang-ulang. Kalau frekuensinya nol sampai lima kali per jam masih tergolong normal. Tapi jika lebih dari itu termasuk penyakit sleep apnea. Tidur-bangun terus-menerus ini akhirnya menyebabkan hipersomnia alias kantuk yang berlebihan pada siang hari. "Saat rapat bisa tidur,mimpin sidang tidur, berdiri di busway tidur," kata Andreas. Baca: MUI Ingatkan Vaksin untuk Imunisasi Difteri Boleh Diberikan
Selain jadi ngantuk di mana pun, napas yang berhenti berulang-ulang punya dampak besar buat tubuh. Kekurangan oksigen bisa membuat otak terganggu, yang mengakibatkan memori jadi menurun, kepribadian agak kaku, gampang frustrasi, kesulitan mengendalikan emosi, depresi, atau bisa jadi gampang cemas. Kekurangan oksigen saat tidur juga menyebabkan hipertensi, stroke, diabetes melitus tipe 2, penurunan gairah seksual, glaukoma, dan penyakit jantung. Baca: Beri Hadiah Cokelat saat Lihat Difteri, Anies Baswedan Dikritik
Sebelum terlambat, lebih baik segera didiagnosis. Menurut Astuti, diagnosis bisa dilakukan dengan pemeriksaan tidur. Terapinya tergantung penyebab, seperti penurunan berat badan, tidur miring, menghindari obat-obat sedatif, dan menggunakan CPAP.