TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan setiap wilayah yang melaporkan satu kasus difteri saja, maka dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) di wilayah tersebut. "KLB difteri bukanlah wabah, melainkan hanya peringatan," kata Nila dalam keterangan pers yang diterima Tempo Minggu 10 Desember 2017.
“Kalau ditemukan satu kasus klinis atau kasus difteri yang dinyatakan positif secara laboratorium, maka dinyatakan KLB dalam hal ini. KLB sebenarnya warning bukan wabah, artinya setelah menemukan kasus difteri ini harus melakukan tindakan pencegahan dengan imunisasi melalui ORI (Outbreak Response Immunization),” kata Nila. Baca: Foto Setya Novanto Buat Pria ini Sadar Menderita Sleep Apnea
Respon adanya KLB sebagai bentuk pencegahan yang bisa dilakukan Kemenkes adalah ORI terhadap wilayah yang melaporkan dengan jumlah kasus terbanyak. Mulai Senin 11 Desember 2017 ORI dilakukan di 12 kabupaten/kota di 3 provinsi. Baca: MUI Ingatkan Vaksin untuk Imunisasi Difteri Boleh Diberikan
Provinsi Banten dengan Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan. Di Provinsi DKI Jakarta ORI dilakukan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, dan di Jawa Barat ORI dilakukan di Purwakarta, Karawang, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi dengan sasaran 7,9 juta anak. Berikut adalah data 12 daerah yang akan melaksanakan ORI dengan jumlah anak dan usianya.
“Jika penderita dinyatakan positif difteri akan diberikan vaksin Anti Difteri Serum (ADS) ditambah antibiotik. Penderita ini (difteri) harus juga diberikan antibiotik dan harus tuntas minumnya sesuai resep dokter,” kata Nila.
Nila menjelaskan masalah KLB difteri sudah pernah terjadi di Indonesia sebelum 1990. Pada 1990 Indonesia dinyatakan bebas difteri. Namun terjadi lagi dan dapat di atasi lagi pada 2013. Sekarang terjadi lagi kasus difteri.
“Tahun 2013 Kementerian Kesehatan mencoba melakukan suatu survei, hasilnya memang kelihatan ada penurunan dari antibodi warga," kata Nila. Salah satu penyebabnya adalah masih banyaknya warga yang tidak mengikuti program imunisasi. Hal lain karena walaupun sudah diimunisasi, sayang warga itu tidak mendapatkan imunisasi lengkap,” ungkap Menkes Nila. Baca: Survey: Pria Indonesia Lebih Rajin Berolahraga, Apa Tantangannya?
Nila mengimbau kalau tidak melakukan imunisasi, efeknya tidak hanya akan dirasakan diri sendiri, atau anak sendiri, tetapi juga menyebabkan orang lain tertular. "Saya kira imunisasi ini selalu ada di Puskesmas dan orang tua didorong agar anaknya diimunisasi. Imunisasi ini harus dilakukan untuk mencegah korban dan kita harus melakukannya,” kata Nila.