Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fotografer Khusus Liburan, Ini Plus Minusnya Kata Darwis Triadi

Reporter

Editor

Susandijani

image-gnews
Seorang fotografer mengambil gambar diantara bunga yang mekar pada musim semi hari pertama di taman bunga Tecolote Ranunculus di Carlsbad, California, 20 Maret 2017. REUTERS/Mike Blake
Seorang fotografer mengambil gambar diantara bunga yang mekar pada musim semi hari pertama di taman bunga Tecolote Ranunculus di Carlsbad, California, 20 Maret 2017. REUTERS/Mike Blake
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Selain Frame A Trip, yang khusus menjembatani para pelancong di berbagai destinasi dengan fotografer lokal yang bisa disewa sebagai juru dokumentasi pribadi, ada juga  Bali Photograf, Flashcation, Shoot My Travel, Pix Around, dan masih banyak lagi.

Mereka semua menyediakan fotografer pribadi khusus liburan tidak hanya di wilayah Indonesia, tetapi hingga ke luar negeri.

Baca juga: Perut Six Pack? Boleh Saja, Tapi Cek Dulu 3 Hal Ini

Bagaimanakah tren bisnis ini dari sudut pandang praktisi dan maestro fotografi senior, Darwis Triadi? Apakah tren ini justru ‘mencemari’esensi dari seni fotografi atau justru merupakan suatu bentuk kemajuan? Berikut penuturannya:

Apa yang memicu tren bisnis fotografer personal untuk liburan?
Indikator tren bisnis ini sebenarnya sudah terlihat pada saat media sosial berubah menjadi sebuah kebutuhan. Saat itulah muncul keinginan orang untuk eksis, dan menurut saya itu wajar-wajar saja.

Memang, seiring dengan itu, pada akhirnya perkembangan fotografi saat ini menjadi luar biasa pesat, dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Orang yang tidak bisa motret saja, asal jepret bisa jadi. Apalagi, fasilitas gawai dan aplikasi untuk editing yang bisa bikin wajah ‘cantik’ sudah semakin banyak.

Cuma, saya melihat muncul sebuah permasalahan dimana sekarang ini esensi dari fotografi secara riil sebetulnya sudah mulai hilang. Sebab, fotografi itu sendiri sudah dibuat sekadar ‘yang penting visualnya bagus’ saja.

Bagaimanapun, kalau dilihat dari sisi bisnis, tren ini bagus-bagus saja karena orang-orang yang tidak punya pekerjaan, hanya bermodalkan kamera, belajar Photoshop dan editing sudah bisa melayani klien untuk menjadi fotografer personal saat liburan. Dia bisa mendapat pemasukan.

Namun, kalau kita bicara dalam konteks fotografi secara holistik, sekarang ini sudah terbagi menjadi beberapa segmen. Pertama, segmen yang betul-betul fotografi dan dijalani sebagai konsekuensi dari belajar fotografi secara tepat. Misalnya fotografi komersial dan fine art. Baca:70 Persen Penderita Kanker Payudara Datang Saat Stadium Lanjut

Kedua, segmen fotografi kekinian seperti travel photography, private photoshoot, dan sebagainya. Itu sebetulnya tren yang bagus, tapi kalau dilihat dari sisi esensial fotografinya sendiri, tidak banyak yang melakukannya secara tepat.

Menurut saya, meskipun tren terus berubah, esensi dari fotografi itu harus tetap dijaga. Karena kalau tidak, akhirnya profesi fotografer itu sendiri tidak ada harganya lagi. Dan inilah permasalahan yang sudah terjadi, bukan hanya di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari segi teknik, apa saja yang harus dikuasai oleh seorang fotografer travel?
Tergantung, karena kalau kita bicara travel photography yang benar adalah memotret kondisi lokasi. Misalnya, dia traveling ke Eropa lalu memotret landscape kotanya atau detail-detail yang menarik.

Kalau dari segi teknik, sebetulnya selama masih ada cahaya tidak ada masalah. Karena kalau memotret di luar ruangan itu kan butuh cahaya matahari. Tidak ada teknik khusus, yang penting tidak goyang, gelap, atau terlalu terang.

Kameranya kan bisa di-setting auto untuk menangkap gambar. Namun, terkadang fotografer yang tidak paham pun, meskipun sudah di-setting auto kalau setting kompensasi atau sistem metering-nya salah juga tidak bisa menghasilkan gambar yang bagus. Pastikan semuanya serba netral.

Namun, kembali lagi, saat ini banyak ‘fotografer’ yang tidak perlu belajar motret, tetapi mengandalkan teknologi. Padahal, fotografi itu bukan soal teknologinya tetapi esensinya. Foto itu berarti belajar cahaya. Jadi kita memahami dan merasakan cahayanya. Itu akan lebih nikmat.

Apa tantangan dari tren ini?
Perkembangan fotografi kekinian dengan aktivitas di media sosial sebetulanya sudah campur aduk sampai akhirnya kita tidak tahu lagi apa itu fotografi dan berpikir semua orang bisa memotret. Namun, kalau kita sadar, memotret yang benar adalah memberikan energi terhadap gambar itu.

Dengan maraknya foto-foto bagus di media sosial, coba kita masuk ke museum dan lihat foto-foto zaman dulu. Misalnya, foto penaikan bendera, atau foto saat Fatmawati menjahit bendera. Namun, kenapa kita bisa tersentuh dengan foto-foto itu padahal itu adalah gambar kuno yang diambil dengan kamera analog? Baca:Pakai Lipbalm ala Sandiaga Uno, Sebaiknya Minum Dulu

Jawabannya adalah karena ada energi yang disampaikan melalui gambar itu. Sekarang ini, jika fotografi ‘kekinian’ sudah mengabaikan esensi dari fotografi untuk memberikan energi ke dalam gambar dan hanya mengandalkan teknologi, lama kelamaan seni fotografi bisa punah.

Apa ada manfaatnya bagi karier fotografer?
Kalau kita bicara dari segi bisnis, pasti ada manfaatnya karena ada pemasukan untuk si fotografer. Namun, kalau dilihat dari segi karier dan passion, itu hal yang berbeda.

Kalau dia memang menjadi fotografer untuk mendapatkan pemasukan semata, pada waktu tertentu dia akan bosan dan berhenti atau pensiun dari pekerjaannya. Namun, kalau dia melakukannya dengan spirit, mau sampai kapanpun dia akan terus memotret.

Seperti saya, sudah lebih dari 42 tahun tetap menggeluti fotografi. Apapun kondisinya, apapun permasalahan ekonominya, fotografi itu bagi saya adalah sebuah spirit. Saya tidak bekerja pun akan tetap menggeluti fotografi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

1 hari lalu

Marina Beauty Journey 2024/Marina
Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

Karakter Gen Z berevolusi menjadi pribadi yang lebih sadar untuk memaknai kehidupan tidak mementingkan kebahagiaan sendiri.


4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

4 hari lalu

Ilustrasi dua wanita bekerja dalam satu ruangan. Foto: Freepik.com/Pressfoto
4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

Simak tips meningkatkan semangat bekerja setelah libur lebaran agar kamu lebih fresh.


5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

8 hari lalu

Ilustrasi wanita karier. Shutterstock.com
5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

Kebanyakan perusahaan memerlukan kombinasi hardskill dan softskill yang baik untuk berkarier di dunia kerja. Ini tips cari kerja lewat LinkedIn.


15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

8 hari lalu

Ilustrasi wanita karier atau bekerja. shutterstock.com
15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.


Sejarah Kamera Leica yang Kini Digandeng Xiaomi, Pernah Digunakan Motret Proklamasi Kemerdekaan RI

26 hari lalu

Kamera Leica Luxus II gold yang diproduksi pada tahun 1932 ini ditemukan di BBC Antiques Roadshow pada 12 tahun yang lalu. dailymail.co.uk
Sejarah Kamera Leica yang Kini Digandeng Xiaomi, Pernah Digunakan Motret Proklamasi Kemerdekaan RI

Leica merupakan produsen kamera legendaris, kini digandeng Xiaomi.


Kamera Fujifilm X100VI, Popularitas Penjualan hingga Spesifikasi Produk

28 hari lalu

FUJIFILM X100VI. Fujifilm-x.com
Kamera Fujifilm X100VI, Popularitas Penjualan hingga Spesifikasi Produk

Fujifilm X100VI generasi keenam dari seri X100 yang pertama kali diperkenalkan pada 2011


Kongres Drone akan Diadakan di Cina pada Mei 2024

29 hari lalu

Ilustrasi drone. Efrem Lukatsky/Pool via REUTERS
Kongres Drone akan Diadakan di Cina pada Mei 2024

Kongres Drone Dunia ke-8 akan diadakan di Shenzhen, Cina Selatan, pada 24-26 Mei 2024


Honor Magic 6 Ultimate Berpeluang Jadi Ponsel Pertama Gunakan Sensor Kamera OmniVision OV50K

42 hari lalu

Honor Magic 6 Ultimate. huaweicentral.com
Honor Magic 6 Ultimate Berpeluang Jadi Ponsel Pertama Gunakan Sensor Kamera OmniVision OV50K

OmniVision OV50K adalah kamera 50 megapiksel yang akan menawarkan fotografi kelas flagship. Honor Magic 6 berpeluang jadi yang pertama gunakannya.


Hobi Aldila Sutjiadi, Main Golf dan Wisata Kuliner untuk Pengusir Jenuh saat Tur Tenis Dunia

7 Februari 2024

Aldila Sutjiadi. Instagram/@Dila11
Hobi Aldila Sutjiadi, Main Golf dan Wisata Kuliner untuk Pengusir Jenuh saat Tur Tenis Dunia

Aldila Sutjiadi tak menampik kerap merasa jenuh dengan olahraga tenis, dia pun menjadikan golf dan wisata kuliner sebagai pelarian.


Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

16 Januari 2024

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier. Foto: Canva
Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier.