TEMPO.CO, Jakarta - Berdiri sejak 2007, CeoJetset dikenal menyediakan jasa penyedia dan penyewaan helikopter serta pesawat jet pribadi. Dari sekian layanan transportasi udara, Ceojetset memiliki layanan Heli Taksi.
Perusahaan ini menawarkan layanan taksi udara untuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan daerah-daerah sekitarnya dengan titik antar-jemput yang strategis. Edukasi tentang transportasi ini terus dilakukan oleh Ceojetset agar masyarakat lebih akrab dengan taksi udara tersebut.
Baca: Aquarius, Zodiak Paling Sering Bercinta pada 2017, Ini Urutannya
Menurut Direktur Ceojetset Sony Faisal, latar belakang munculnya layanan ini karena memang Jakarta adalah kota macet. Tidak ada transportasi yang terintegrasi dengan bandara. Sudah begitu, ketika orang hendak melakukan pertemuan mereka membutuhkan waktu tak sebentar. "Padahal lokasinya tidak berjauhan. Misalnya dari Gatot Subroto ke Kuningan, dahulu bisa dijangkau 30 menit, kalau macet bisa dua jam," kata Sony kepada Bisnis.com.
Berangkat dari permasalahan macet itu, akhirnya Sony dan tim meluncurkan Heli Taksi pada 2016. Pada layanan ini Sony bekerja sama dengan penyedia helipad dan heliport di Jakarta. "Dari titik mana pun ke titik mana pun di Jakarta, kami harganya flat Rp 21.600.000," kata Sony.
Baca: Gerakan Celup Jadi Viral, Netizen Protes
Kawasan Jakarta ini dibagi menjadi tiga zona. Zona A, wilayah khusus Jakarta, dari Jakarta Timur, Barat, Utara, hingga Selatan. Kemudian zona B, wilayah Bogor, Bekasi, Cibitung, dan Pulau Seribu. Dan zona C, kawasan Bandung.
Menurut Sony, masyarakat masih memiliki paradigma helikopter itu mahal. Walau terlihat mahal, harga itu dinilainya sesuai dengan layanan yang diberikan. Ia mengumpamakan ketika pelaku bisnis harus melakukan pertemuan deal proyek bernilai miliaran rupiah, mereka bisa menggunakan jasa heli taksi yang harganya kisaran Rp 21 juta. "Keuntungannya mereka bisa cepat berada di lokasi dan ongkos puluhan juta helikopter itu tak seberapa dibandingkan dengan nilai proyek miliaran. Dibanding membuang-buang waktu di jalan dengan kemacetan," katanya.
Sampai saat ini, Sony mengaku salah satu hambatannya adalah asumsi masyarakat bahwa helikopter itu mahal. Ia pun menilai sosialisasi timnya masih kurang. "Terus animo masyarakat menggunakan helikopter di Jakarta agak kurang karena berbagai pertimbangan seperti kurang percaya diri," katanya.
Hal ini berbeda dengan Amerika Serikat yang sudah tinggi layanan transportasi udaranya. Ia mengatakan timnya harus mengedukasi masyarakat bahwa helikopter itu aman, simpel, dan cepat. "Beberapa pihak sudah kita gandeng seperti perbankan dan restoran premium (untuk menggunakan helikopter)," kata Sony sambil menambahkan bahwa saat ini kebanyakan pelanggan Heli Taksi adalah pelaku bisnis.