Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengapa Menurunkan Berat Badan Sangat Susah?

image-gnews
Ilustrasi obesitas. ANTARA
Ilustrasi obesitas. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pusat kebugaran di seluruh negeri kemungkinan besar sesak dengan orang-orang di awal tahun baru ini. Bagaimanapun juga, hal ini terkait dengan resolusi tahun baru mereka untuk menurunkan berat badan. Kebanyakan dari mereka tidak tahu bahwa bahwa penurunan berat badan jauh lebih rumit daripada berolahraga dan tidak makan makanan penutup.

Bertahun-tahun memasuki wabah obesitas, jutaan orang Amerika telah mencoba menurunkan berat badan, dan jutaan di antaranya telah gagal melakukannya dalam jangka panjang. Ini sangat serius, hingga sekarang, hampir 40 persen orang Amerika mengalami kegemukan. Rata-rata wanita di Amerika Serikat saat ini beratnya sekitar 168 pound alias 76,2 kilogram, atau kira-kira sama dengan rata-rata pria di tahun 1960. Baca: Penyakit Tulang dan Pencernaan Diprediksi Tinggi pada 2018

Bukan berarti pinggang pria tidak melebar juga. Pria memiliki rata-rata kenaikan hampir 30 pound atau 13,6 kilogram sejak pelantikan John F. Kennedy pada tahun 1961. Sekarang, meskipun ada upaya bersama, obesitas berada pada tingkat tertinggi. Sekitar 40 persen orang dewasa Amerika Serikat dan 18,5 persen anak-anak, dianggap obesitas. Hal ini meningkat dari awalnya 30 persen pada tahun 2000 yang mengalami obesitas.

Amerika Serikat dan seluruh dunia, berada dalam cengkeraman wabah hilangnya keseriusan untuk diet. Satu studi memperkirakan ada 65 juta orang Amerika gemuk pada tahun 2030, dan meningkatkan biaya medis antara US$ 48 miliar sampai US$ 66 miliar per tahun. "Sebagai ahli Endrokologi, saya belajar tentang obesitas dan menangani orang yang mengalami obesitas setiap hari. Ini beberapa hal yang saya lihat bisa mengatasi masalah obesitas," kata Profesor Endokrinologi, Universitas Florida, Kenneth Cusi seperti dikutip Livescience.

Infografis: Makan Nasi Tanpa Khawatir Gemuk, Ini Caranya

Obesitas akan memberatkan seseorang dalam berbagai hal. Menurut Cusi, obesitas akan mengganggu kualitas hidup dan memperburuk risiko kesehatannya. Obesitas akan berpengaruh pada kondisi medis anak dan dewasa. Orang gemuk mengeluarkan biaya medis lebih banyak, hidup lebih pendek, dan melewatkan lebih banyak pekerjaan daripada rekan mereka yang lebih kurus. Orang obesitas pun cenderung menderita berbagai penyakit seperti masalah kantung empedu, osteoartritis, asam urat, masalah tidur apnea, sindrom ovarium polikistik, penyakit kardiovaskular dan spektrum kanker yang luas, seperti kanker pankreas, hati, payudara dan ginjal.

"Obesitas juga menyebabkan kondisi metabolik seperti hipertensi, diabetes tipe 2 dan penyakit hati berlemak nonalkohol, yang telah lama diabaikan sebagai konsekuensi buruk dari kebiasaan makan yang buruk. Penyakit ini jarang terjadi sampai tahun 1980," kata Cusi.

Biaya pengobatan yang terkait dengan obesitas sangat besar dan terus meningkat. Satu studi memperkirakan biaya perawatan medis tahunan untuk obesitas di Amerika Serikat pada 2008 US$ 209,7 miliar alias. Jadi sekitar 1 dari 5 dolar perawatan kesehatan dihabiskan untuk mengobati penyakit terkait obesitas.

Biaya juga tinggi untuk individu. Dibandingkan dengan individu yang memiliki berat badan normal, pasien obesitas menghabiskan 46 persen lebih banyak untuk biaya rawat inap, 27 persen lebih banyak untuk rawat jalan dan 80 persen lebih banyak untuk obat resep.

Cusi mengatakan akar obesitas ada dalam budaya Amerika terjadi dari tekanan tempat kerja hingga serangan iklan makanan, hingga tradisi liburan yang berlebihan. "Cita rasa kita saat muda bertumbuh pada makanan cepat saji dan manis-manisan, kebiasaan yang diikuti dari anak-anak sampai dewasa," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masyarakat Amerika terstruktur seputar produktivitas dan jam kerja yang panjang. Hal ini menyebabkan kehidupan tidak seimbang, gaya hidup tidak sehat dan orang menjadi tidak bahagia. Stres dan kurang tidur dapat menyebabkan obesitas.

Bagi banyak keluarga yang berjuang di antara gaji, makanan yang paling masuk akal adalah pilihan makanan cepat saji, kemasan, dan lemak yang paling banyak menghasilkan kalori. Porsi makanan di restoran juga meningkat tajam dalam beberapa dekade terakhir juga.

Persentase anggaran makanan yang dihabiskan untuk makan di luar rumah meningkat menjadi 46 persen di tahun 2006, naik 20 persen sejak tahun 1970. "Godaan makanan tidak sehat menyambut kami di setiap sudut jalan, di ruang istirahat kami dan di supermarket favorit kami. Kami orang Amerika makan terlalu banyak," kata Cusi.Mengapa?

Beberapa menyalahkan ditemukannya microwave dan pertumbuhan pilihan makanan cepat saji sejak tahun 1970an. Pilihan makanan juga berubah, dengan makanan industri yang mengincar makanan yang menggemukkan anak-anak. Baca: Ramalan 2018: Ada Pelakor dan Pebinor alias Perebut Bini Orang

Orang Amerika saat ini sudah tidak seaktif beberapa dekade lalu. Hidup orang Amerika saat ini terkait dengan layar komputer, besar dan kecil, baik dalam pekerjaan dan di rumah. Anak-anak kita sekarang dibesarkan di perangkat telepon genggam yang berfungsi sebagai teman bermain pengganti di dunia di mana "bola bermain" lebih mungkin dilakukan melalui koneksi internet daripada lapangan permainan yang sebenarnya.

Populasi anak-anak dan remaja yang kegemukan atau obesitas telah naik 10 kali lipat dalam empat dasawarsa terakhir, demikian laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu 11 Oktober 2017. Kondisi tersebut telah menjadi krisis kesehatan global yang mengancam akan bertambah parah kecuali tindakan drastis dilakukan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) tersebut menganalisis ukuran berat dan tinggi dari hampir 130 juta orang yang berusia di atas lima tahun, termasuk 31,5 juta yang berusia lima sampai 19 tahun dan 97,4 juta yang berusia 20 tahun dan lebih, sehingga menjadikannya jumlah peserta paling banyak yang pernah terlibat dalam studi epidemiologi. WHO mencatat lebih dari 1.000 kontributor ikut dalam studi tersebut, yang meneliti indeks massa tubuh dan bagaimana kegemukan telah berubah di seluruh dunia dari 1975 sampai 2016.

ANTARA | LIVESCIENCE.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

6 hari lalu

Ilustrasi wanita diet. Freepik.com/Schantalao
Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

Diet sayur dan rendah gula, yang dikenal sebagai diet EAT-Lancet, membantu mengurangi risiko gagal jantung. Bagaimana hubungannya?


Saran Ahli Gizi agar Berat Badan Kembali Ideal setelah Lebaran

8 hari lalu

Ilustrasi menimbang berat badan. Shutterstock
Saran Ahli Gizi agar Berat Badan Kembali Ideal setelah Lebaran

Diet sehat setelah banyak makan makanan bersantan saat Lebaran bisa diterapkan dengan pola makan bergizi seimbang agar berat badan ideal lagi.


7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

9 hari lalu

Ilustrasi makanan sehat. (Canva)
7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

Kebiasaan makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan anak. Simak 5 tips anak ajak pola makan sehat


Saran Pakar agar Berat Badan Tak Melonjak saat Lebaran

16 hari lalu

Ilustrasi Ketupat. shutterstock.com
Saran Pakar agar Berat Badan Tak Melonjak saat Lebaran

Berikut saran pakar kesehatan agar berat badan tidak melonjak selama perayaan Lebaran karena makan berlebihan.


Fatin Shidqia Mengaku Tidak Makan Daging Sapi, Ini Manfaatnya

17 hari lalu

Fatin Shidqia. Dok. Istimewa
Fatin Shidqia Mengaku Tidak Makan Daging Sapi, Ini Manfaatnya

Juara X Factor Fatin Shidqia mengaku tidak mengonsumsi daging sapi atau daging merah. Ternyata, kebiasaan ini punya banyak manfaat kesehatan.


Tips Aman Konsumsi Makanan buat Penderita Diabetes saat Lebaran

23 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Tips Aman Konsumsi Makanan buat Penderita Diabetes saat Lebaran

Ahli gizi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membagikan kiat konsumsi makanan yang aman bagi pengidap diabetes saat hari raya lebaran.


Bahaya Minum Air Kelapa Muda Secara Berlebihan, Kenaikan Gula Darah hingga Kelebihan Berat Badan

25 hari lalu

Ilustrasi kelapa muda (Pixabay.com)
Bahaya Minum Air Kelapa Muda Secara Berlebihan, Kenaikan Gula Darah hingga Kelebihan Berat Badan

Minum air kelapa muda secara berlebihan bisa menimbulkan risiko dan bahaya bagi kesehatan, antara lain kenaikan gula darah dan kelebihan berat badan.


Bagus untuk Kesehatan Jantung, Apa Saja Manfaat Alpukat

26 hari lalu

Ilustrasi alpukat (Pixabay.com)
Bagus untuk Kesehatan Jantung, Apa Saja Manfaat Alpukat

Alpukat dikenal karena sifat anti-inflamasi dan baik untuk kesehatan jantung. Apa lagi manfaat alpukat yang perlu Anda ketahui?


Warga Sehat dan Panjang Umur, Ini 10 Negara yang Diklaim Paling Fit di Dunia

28 hari lalu

Ilustrasi panjang umur. shutterstock.com
Warga Sehat dan Panjang Umur, Ini 10 Negara yang Diklaim Paling Fit di Dunia

Warga di 10 negara ini diklaim paling sehat di dunia, dengan banyaknya penduduk yang fit dan panjang umur.


Nabi Larang Makan Sambil Berdiri, Ini 5 Bahayanya untuk Kesehatan

35 hari lalu

Pengunjung berdiskusi sambil makan dan menikmati minuman kopi di Warung Kopi (Warkop) Nan Yo, Pondok, Padang, Sumatera Barat, Kamis 5 Oktober 2023. Warkop legendaris yang berdiri sejak 1932 itu menyajikan kopi robusta yang diseduh gaya Hainan dengan nuansa warung ala zaman dulu namun tetap dikunjungi konsumen dari berbagai usia. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Nabi Larang Makan Sambil Berdiri, Ini 5 Bahayanya untuk Kesehatan

Makan sambil berdiri dilarang Nabi, bisa beradampak buruk pada kesehatan